Kami bersitegang. Aku kehilangan kendali, dan memutuskan untuk menuntaskan mudik lebih cepat dari biasanya. Di dalam bus menuju Semarang, aku terus-menerus merutuki nasib, kenapa aku dikelilingi oleh orang-orang yang konservatif-orthodoks-kolot? Duh.
Aku memutuskan untuk belajar ekstra keras. Aktif di berbagai kegiatan kampus. Melupakan kalimat-kalimat pedas, yang seolah menjadi batu ganjalan untuk perjalananku menggapai masa depan gemilang.
Aku berkarya sekuat tenaga..... lalu rapuh, dan jatuh.
Saat itulah aku sadar. Rupanya, inilah puncak dosaku pada makhluk yang kupanggil "Ibu......"
Ramadan tahun ini, aku tak mau salah strategi. Sudah waktunya aku bersuci secara personal. Meleburkan ego dan jumawa yang sempat singgah dalam dada. Akan aku ajukan permintaan maaf nan tulus, untuk sosok yang kian keriput dimakan usia. Ibu, maaf. Maaf. Maaf. (*)
Follow my twitter: @nurulrahma