Arman tak jenak menginap di kost Ardi, temannya. Dia merasa dikuntit seseorang yang ia tak mengenalnya. Akhirnya Arman memutuskan untuk pindah tempat. Dia tinggalkan kuliah dan berpindah-pindah tempat setiap hari. Dia ketakutan, karena merasa dimata-matai oleh seseorang. Rasanya mau ditangkap.Â
       Di ujung pelariannya, dia menemukan rumah Karno, teman SD-nya di pinggir hutan. Di sana dia merasa tenteram beberapa saat. Karno menikmati hidupnya dengan bertani dan sederhana bersama istrinya. Ya, hanya berdua karena istrinya belum dikaruniai anak.Â
      "Man, aku ke ladang dulu ya... kalau mau makan, ada makanan itu di ruang belakang dekat dapur." Kata Karno pamit kepada Arman untuk bekerja di ladang bersama istrinya.Â
"Iya No, terimakasih," jawab Arman singkat. Dia masih merasa ketakutan karena menjadi target operasi. Pikirannya berkecamuk tak karuan.Â
       Di rumah Karno, meski sepi di pinggir hutan, Arman masih terlihat gundah. Ada rasa khawatir jika ada yang menggerebeg dan menangkapnya karena tuduhan subversif. Tapi sudah 2 hari ini dia tidak tidur, tubuhnya pun melemah dan dihinggapi rasa kantuk yang hebat.
       Di tengah rasa kantuknya yang berat, Arman bermimpi.Â
       Dalam mimpinya itu, tiba-tiba Arman mendengar suara tak berwujud.Â
       "Hai Arman, akhirnya ketemu juga kau di sini. Kau pasti melarikan diri dari kejaran kami ya?"
      "Hey! siapa kau?" tanya Arman penasaran, sambil tengok kanan-kiri tak menemukan wujud yang bersuara itu.
      "Kamu yang kemarin demo menuntut pemerintah untuk menolak undang-undang, kan?!"