Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Biasa yang setia pada proses.

Lahir di Grobogan, 13 Mei 1973

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Usaha Perfilman, Banyak Peluang dalam Event Pameran

11 September 2017   05:20 Diperbarui: 11 September 2017   05:24 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barusan kemarin Istimewa Creative Indonesia mendapatkan kehormatan untuk mengikuti sebuah perhelatan pameran Pesona Perhutanan Sosial Nusantara 2017 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pada tanggal 6-8 September 2017 di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta. Rata-rata yang dipamerkan adalah produk kehutanan, dan kegiatan-kegiatan pemberdayaan petani di area hutan. 

Pada awalnya saya agak ragu, mau apa usaha film ditampilkan? Tapi kembali kepada kegemaran saya di dunia kreatifitas, maka peluang ini tetap saya ambil. Karena film sebagai media menjadi sangat fleksible masuk di dunia apa saja. Mau kehutanan, Kelautan, Industri, Pertanian, Sosial Politik, Pendidikan dan bidang-bidang yang lain. Di era teknologi yang semakin 'gila' ini, kebutuhan informasi semakin akut dan tak terbendung menjadikan film sebagai media yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi dengan cara cerdas. 

Usaha Perfilman dalam skala besar, baik di Indonesia maupun di dunia Barat mungkin akan fokus pada film komersial sebagaimana yang kita tonton di gedung bioskop. Tapi usaha perfilman di Indonesia yang masih dalam taraf menengah ke bawah, --meminjam pola pemerintah-- bisa diklasifikasikan layaknya sebuah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saya kira Bekraf, Pusbang Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, atau Badan Perfilman Indonesia perlu mengadakan riset tentang usaha perfilman di Indonesia, skala usahanya, dan varian produk-produknya. Agar pemetaan industri perfilman di Indonesia semakin jelas, sehingga program-program yang dibikin juga bisa tepat sasaran. 

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Dengan membawa film sebagai 'produk jasa' dalam event Pameran Pesona Perhutanan, saya merasa berbeda di antara peserta-peserta yang lain. Bahkan mungkin satu-satunya peserta yang berbeda produknya di antara peserta-peserta lain. Rata-rata peserta membawa produk yang terkait dengan urusan hutan atau perkebunan, misalnya Kopi, Teh, Madu, Kayu, Gula, dan produk-produk hutan lainnya. Mengapa saya optimis dalam event ini? Karena film menjadi produk jasa yang bisa 'menyelinap' di mana saja. Ibarat produk baju, film dibutuhkan oleh setiap orang. Film dengan variannya seperti company profile, film dokumenter, feature, iklan layanan masyarakat, iklan komersial, video presentasi kreatif dan sebangsanya, menjadikan jasa film sebagai produk yang dibutuhkan oleh perusahaan, institusi, komunitas, dan bahkan personal. 

Kebetulan saja film-film sampel yang saya bawa bertema lingkungan; Film Drama Musikal "Prajurit Hijau" (Layar Lebar), Film Dokumenter "Petualang Alam", dan Film "Collaborative Efforts For Forest Fires Prevention in Indonesia Using UAV Technology, Pilot Activities Ex-Burned in The South Sumatera". Dua film terakhir adalah proyek dari GIZ, lembaga Jerman yang menangani kerjasama Indonesia-Jerman. Jadi sangat nyambung ketika ngobrol dengan pengunjung pameran tentang film yang bertema lingkungan. Sangat mengasyikkan!

Di sini saya mencoba menginspirasi teman-teman film maker untuk berproses sebagai 'penggila' dunia kreatif, bahwa terbuka peluang yang sangat lebar dalam eventpameran produk apa saja; bisa Pameran Teknologi, Pameran Kerajinan/Furniture, Multi Produk, dan lain sebagainya. Produk yang kita jual bisa berbentuk jasa pembuatan film atau mungkin karya film. 

Di samping itu, dalam sebuah event pameran, apalagi dalam skala besar, baik nasional maupun internasional, sangat memungkinkan mendapatkan partner, buyer, investor ataupun produser yang mau membeli produk-produk kita. Ini mungkin cocok untuk teman-teman komunitas film maker yang mau mencoba tantangan-tantangan kreatif, dan bukan hanya berorientasi pada film untuk festival. Maka pameran (produk apapun), bisa menjadi ajang promosi dan sekaligus silaturrahmi, yang --insyaAllah-- akan mendatangkan rejeki. 

Mengikuti ajang pameran bukanlah kewajiban, tapi pilihan saja. Bagi teman-teman yang fokus pada karya film untuk festival dan telah mempunyai modal mungkin bisa fokus di situ saja, tetapi bagi teman-teman yang gemar tantangan dan suka bergaul, mengikuti ajang pameran menjadi asyik untuk dicoba sebagai ikhtiyar dan silaturrahmi. ***

Semoga bermanfaat.

Salam Kreatif!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun