Mohon tunggu...
Nurul Maulidina
Nurul Maulidina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Don't stop until you success!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Budaya K-Pop bagi Para Penggemar

4 Desember 2020   11:00 Diperbarui: 4 Desember 2020   11:23 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

K-Pop (dalam bahasa Korea 가요, Gayo) singkatan dari Korean Pop atau Korean Populer Musik adalah sebuah genre musik terdiri dari pop, dance, electropop, hip hop, rock, R&B dan electronic music yang berasal dari Korea Selatan (Ika, 2013). K-Pop memiliki julukan untuk para fans, mereka menyebutnya dengan K-Popers.

Adanya demam K-Pop yang sekarang menjadi tren tersendiri bagi generasi muda khususnya kalangan remaja. K-Pop merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari mewabahnya demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara, termasuk Indonesia. Belakangan ini musik K-Pop semakin merajarela, dimana banyak pelajar tidak mampu menyaring setiap budaya asing yang masuk sehingga berimbas terkena dampak negatif dari budaya asing tersebut.

Di era modern seperti sekarang ini pecinta K-Pop mulai bertambah dan merupakan masalah tersendiri bagi negara dan diri sendiri. Permasalahan pertama yang timbul adalah lunturnya kecintaan terhadap produk-produk dalam negeri, kemudian akan muncul rasa kurang peduli terhadap peristiwa di negara ini, dan sebagaimana peran pemerintah harus menangani dampak yang ditimbulkan dengan melakukan sosialisasi atau internalisasi budaya dalam negeri. 

Selain itu, permasalahan yang terjadi pada diri sendiri adalah terciptanya suatu perilaku konsumerisme, yakni membeli barang berbau K-Pop seperti aksesoris, CD album, photo card, poster, dan lain sebagainya yang hanya berdasarkan keinginan bukan pada kebutuhan (Nisrina, 2020). Hal ini jika dikaitkan dengan tujuan konsumsi tidak lagi didasarkan pada pemanfaatan nilai guna barang, namun lebih menekankan barang konsumsi daripada nilai gunanya.

Setiap barang akan memiliki nilai tukar yaitu nilai ekonomis yang ada pada sebuah objek konsumsi yang minimal dapat ditukar dengan uang atau benda lain (barter) (Martono, 2016). Alasan untuk investasi di sini diartikan ketika membeli barang berbau K-Pop seperti aksesoris, CD album, photo card, poster yang nantinya akan dijual kembali sehingga uang yang mereka keluarkan akan tergantikan.

Perilaku ini merupakan kesenangan yang memiliki arti dan fungsi ideologis yang dapat disimpulkan dari akibat-akibat yang besar dan maknanya. Sesungguhnya keinginan yang dimiliki oleh manusia memiliki sebuah fungsi dan sebagai patokan. Namun, untuk saat ini barang-barang Korea dibeli hanya untuk memenuhi kepuasan batin tanpa memiliki fungsi di dalamnya sehingga dimanfaatkan oleh kapitalis untuk mencari sebuah keuntungan dari booming-nya budaya K-pop saat ini. Kegiatan membeli K-popstuff bagi sebagian penggemar K-pop adalah hal yang didasarkan sebagai upaya mendukung idola yang mereka gemari.

Keinginan sering bertabrakan dengan kebutuhan karena kebutuhan lebih berorientasi pada nilai guna dan fungsi, sedangkan keinginan didasarkan pada hasrat individu. Kebutuhan harus menjadi prioritas daripada keinginan karena kebutuhan sifatnya harus segera terpenuhi. 

Dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli K-popstuff tergolong tinggi, maka para penggemar K-popstuff berupaya dengan berbagai cara agar mampu memenuhi keinginannya dan memiliki strategi dalam mengoleksi K-popstuff sehingga kebutuhan primer tidak sampai terhambat. Strategi tersebut dapat melalui sistem menabung sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam pemenuhan kebutuhan antara primer dan sekunder.

Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan meningkatnya keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia, baik dalam aspek perdagangan, investasi, dan perjalanan. Maka dari itu, setiap negara satu dengan lainnya akan saling memberikan pengaruh satu dengan lainnya, termasuklah bagaimana suatu budaya akan memberikan pengaruh terhadap budaya lainnya. Salah satu fenomena globalisasi adalah adanya demam K-Pop ini.

Terobsesi pada kebudayaan korea, terutama dari segi musik, drama, gaya berpakaian bahkan gaya hidup yang berhasil mencuri perhatian dan memberikan pengaruh besar bagi remaja di Indonesia. Mudahnya akses penyebaran informasi K-Pop yang masuk ke Indonesia tentu menimbulkan dampak negatif dan positif bagi para penggemar, dengan itu alasan-alasan seperti ini harus dikaji secara realistis dari berbagai sudut pandang supaya tidak terjadi kesalahpahaman.

Saat ini budaya K-Pop yang sudah menyebar ke dalam masyarakat Indonesia terutama dikalangan remaja. Budaya K-Pop tidak hanya ke arah musik, Contohnya seperti kuliner khas Korea yang menjalar di negeri ini dengan mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun