Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Ordinary Citizen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kenapa Komunitas dan Kenapa Harus COMMA?

9 Mei 2018   13:15 Diperbarui: 9 Mei 2018   15:58 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Canting di Kompasianival 2012, Jakarta/Elisabeth Murni

Saya paham! Sebagai platform, Kompasiana terlalu naif jika hanya menyediakan ruang interaksi bagi pengguna personal. Baik interaksi melalui konten maupun percakapan dan/atau sekadar rating serta komentar. 

Kompasiana harus membangun arena bermain (playground) bagi komunitas, yang sejak pertama kali produk user generated content (UGC) ini dikenalkan ke publik satu dekade lalu, baru dua atau tiga komunitas yang terbentuk melalui kesamaan minat. 

Kalau masih ingat dengan sekumpulan anak muda di Jogja yang menamakan dirinya Komunitas Canting atau sekumpulan pecinta karya fiksi Desa Rangkat adalah dua di antara sedikit komunitas yang eksis di Kompasiana. 

Dengan jumlah pengguna lebih dari 360.000 dan sudah lebih dari 1.5 juta konten tayang, Kompasiana tidak hanya dikenal sebagai rumah bersama bagi para bloger atau penulis ternama di negeri ini. Tetapi, telah menjadi ruang pertemuan bagi sekumpulan pengguna yang memiliki kesamaan minat dan domisili sehingga lahir inisiasi-inisiasi pembentukan komunitas dengan beragam latar belakang. 

Alhasil, sudah ada sekitar 37 komunitas yang lahir dari interaksi antarpengguna di Kompasiana.

Namun, lahirnya komunitas-komunitas tersebut nyatanya tidak membuat Kompasiana ujug-ujug menjadi playground bagi seluruh komunitas yang ada. Tumbuh-tumbangnya komunitas di Kompasiana juga cukup tinggi. Bukan hanya perkara karena tidak terakomodasinya kebutuhan komunitas, tapi juga kadang disebabkan interaksi internal yang memang pasang-surut sehingga tidak jarang membubarkan diri.

Langkah-langkah strategis pernah dilakukan. Memberikan penghargaan kepada komunitas pada kegiatan Kompasianival di Skeeno Hall, Gandaria City, Jakarta pada 2012 sampai kepada kegiatan Community Gathering di Ancol, Jakarta pada 2015 menjadi awal keseriusan Kompasiana untuk menjadi rekan bagi komunitas. 

Misi menjadikan Kompasiana sebagai medium berbagi cerita dan kreativitas antarkomunitas perlahan terus diperkuat. Kegiatan tahunan Indonesia Community Day (ICD) yang pertama kali diselenggarakan pada 2017 di Jogja menjadi bukti dan langkah Kompasiana untuk menjadi rekan bermain bagi komunitas. Bukan hanya komunitas yang terlahir di Kompasiana, tapi seluruh komunitas yang ada di Indonesia. 

Mewujudkan kreativitas

Pekan lalu, Kompasiana mulai mengenalkan sebuah program afiliasi kepada beberapa perwakilan komunitas. Program yang memiliki objektif mewujudkan ide dan kreativitas ini diperkenalkan sebagai medium atau alat bagi komunitas dalam hal pencarian dukungan dari pihak ketiga, selain sebagai cara Kompasiana menjadi rekan bermain dan berkreasi bagi komunitas.

Program COMMA
Program COMMA
Prinsipnya, program yang diberi nama Community Affiliation (COMMA) ini adalah program yang mempertemukan komunitas dengan pihak ketiga (sponsor) dalam penyelenggaraan kegiatan (online/offline) dengan konsep kerjasama profesional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun