Mohon tunggu...
Nurul Izzah Aulia
Nurul Izzah Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi PBI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hidup sekali hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Beralih Dari Ponsel Pintar Ke Ponsel Genggam Demi Kesehatan Mental

19 Juni 2021   11:49 Diperbarui: 19 Juni 2021   12:15 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eden (22) dan Jade (23), pemuda asal Amerika Serikat yang beralih mengggunakan ponsel genggam untuk mengurangi dampak kecanduan bermain ponsel pintar. Ilustrasi Penggunaan Ponsel Genggam (Kompasiana/Nurul Izzah Aulia)

Isu kesehatan mental saat ini adalah isu yang banyak dibicarakan saat pandemi ini. Meningkatnya penggunaan ponsel pintar selama Work From Home (WFH) menyebabkan banyak dari kita yang mengalami gangguan kecemasan terutama anak remaja. Namun, menariknya seorang pemuda yang berasal dari Amerika, Eden, beralih menggunakan ponsel genggam untuk memperbaiki kesehatan mentalnya.

Bermula ketika ponsel pintar yang ia gunakan rusak pada awal tahun 2020, kemudian ia juga sangat kesal dengan banyaknya waktu yang ia habiskan di depan layar ponsel pintarnya, akhirnya dia memutuskan untuk berhenti menggunakan ponsel pintar sementara waktu dan tidak tergesa mengantarkan ponsel pintarnya yang rusak untuk segera diperbaiki. Kepada majalah Huck yang diterbitkan pada 17 Mei 2021, Eden mengungkapkan bahwa selama tidak menggunakan ponsel pintar, ia merasa jiwanya bebas dan suasanya hatinya pun membaik. Ini membuatnya nyaman dan tenang tanpa beban mental yang biasa ia rasakan ketika membuka ponsel pintar dan media sosial.

Setelah beberapa saat, dia kembali membutuhkan ponsel pintarnya sebagai alat komunikasi. Alih-alih memperbaikinya, ia malah memutuskan membeli Nokia 130 sebagai alat komunikasi pengganti ponsel pintar yang ia gunakan sehari-hari. Eden menyebutkan, ia menghapus seluruh aplikasi media sosial yang ada di laptopnya kecuali aplikasi Facebook. Ia hanya menggunakan Facebook sebagai tempat untuk berinteraksi dan mendapatkan informasi dari akun tertentu yang ia ikuti.

Eden tidak sendirian, Jade yang berumur 23 tahun kini menggunakan ponsel genggam Motorolla V3. Ia mengatakan sudah terbebas seratus persen dari penggunaan ponsel pintar. Ia melepas penggunaan ponsel pintar ini bermula ketika dia membaca komik Jepang tahun 2000-an dimana para tokohnya menggunakan ponsel genggam flip. Ini yang membuatnye tertarik menggunakan ponsel tersebut.

Ponsel pintar saat ini sangat digandrungi oleh berbagai kalangan. Semenjak kehadiran ponsel pintar yang mengizinkan penggunanya mengakses berbagai situs dan platform serta mengunduh aplikasi secara mudah dan gratis, membuat banyak orang yang menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk menggulir layar dan mencari informasi-informasi yang tanpa sadar itu tidak penting. Luapan informasi yang diserap, membuat kita terkadang kesulitan untuk menyaring berita mana yang akurat dan berita mana yang hanya sekedar mengejar clickbait. Luapan informasi ini juga membuat kita menjadi pribadi yang tidak puas ketika hanya menjelajah satu informasi dan ini dapat menyebabkan efek kecanduan pada penggunaannya. Selain itu, orang yang sering membuka media sosial biasanya akan suka membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain dapat memicu stress dan sulit tidur.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duke University, North Carolina, Amerika Serikat, para remaja yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk bersentuhan dengan teknologi atau ponsel pintar akan mengalami masalah perilaku dan Gejala Dari ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder). Mereka juga memiliki kecenderungan berperilaku buruk dikarenakan mereka kesulitan mengontrol perilaku dan emosi yang menyebabkak efek buruk pada kesehatan mental.

Sekilas memang hidup tanpa ponsel pintar saat ini tidak mudah. Ada sedikit ketidaknyamanan yang hadir ketika tidak memiliki ponsel pintar tersebut, seperti melakukan perjalanan tanpa Google Maps. Tapi perasaan ketidaknyamanan itu tidak sebanding dengan dampak mental yang dimiliki karena kecanduan ponsel pintar tersebut.

"Pada awalnya, ini menjadi sedikit menakutkan berada dunia terbuka tanpa adanya alat komunikasi. Tetapi pada akhirnya akan terbiasa," kata Jade. "Dan selain itu, anda tidak pernah tahu apakah anda akan menyukai hal tersebut sebelum anda mencobanya."

Refrensi: Why more young people are ditching their smartphones. Huck Magazine.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun