ku sedari dulu selalu dan seakan cukup memandangmu dari jumput ini;
dari balik tirai dinding hatiku yang kadang runtuh diterpa
sapa manis atau sekadar senyum singkatmu.
Meresapi sesosok lelaki dengan cara yang paling rumit dimengerti;
kala kau menatap itulah kala ku harus terpejam-
sungguh aku tak sanggup menahan itu.
Kala kau bersuara itulah kala ku harus menutup seluruh cuping, atau menjauh;
bahkan bersembunyi dibalik tembok paling kedap suara yang bisa kutemui.
engkau segenggam keindahan dari triliyun anugrah tuhan,
representasi keteduhan abadi tak terperi.
Aku baru hanya bisa bertengger dibatas kesunyian;
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!