Mohon tunggu...
Nurulita Rachma Budi Utami
Nurulita Rachma Budi Utami Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Suka ngemil, jalan-jalan, berteman, dan no ngrumpi. Ane orangnya simple-simple aja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Si Miskin dan Mimpinya

6 Juli 2012   12:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:14 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341576463765025717

Di dunia ini, tentunya setiap orang ingin memiliki sebuah kehidupan yang sempurna. Entah itu berupa kebahagiaan, memperoleh kekayaan, nama yang termashur, kesuksessan, mendapatkan cinta adalah merupakan sebuah kesempurnaan hidup. Tetapi itu pun tergantung dari penilaian masing-masing pribadi yang bersangkutan. Hidup sederhana dan apa adanya, bersyukur, berbuat kebaikan, menolong sesama manusia, juga merupakan kesempurnaan hidup. Dibalik itu semua, ada sebuah sisi hidup manusia yang terlewatkan oleh kita. Ketika kita melihat kehidupan di bawah, apakah yang ada dalam benak mereka? tentu saja kita tak pernah tahu apa yang terlintas dihati mereka. Sebut saja namanya bi Inah,  ia berasal dari sebuah dusun dan hidup disebuah kota sebagai seorang peminta-minta. Awalnya ia ingin mencari pekerjaan, namun karena kurangnya pengetahuan bahkan ketrampilan akhirnya ia pun menjadi seorang pengemis. Jangankan pengetahuan dan ketrampilan, hidup di kota pun tak ada bayangan sama sekali betapa sulitnya mencari sebuah penghidupan. Yang ia tahu hanyalah di kota banyak pekerjaan. Pada kenyataannya di kota sulit mencari  pekerjaan, apa lagi tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Ketika saya bertemu dengan bi Inah di emperan toko, iseng-iseng saya bertanya,"bi punya anak gak, kenapa pergi ke kota sendirian?." Bi Inah matanya menerawang jauh,  lalu ia berkata,"anak saya tidak peduli kemana saya mau pergi."  Lho, bibi gak punya suami?.  "Sudah meninggal mbak...." Kasihan sekali, ternyata bi Inah nasibnya demikian menyedihkan. Diusianya yang sudah lumayan tua, ia harus hidup sedemikian rupa dan  menghidupi dirinya sendiri. Tidur di emperan, mengharap belas kasihan orang. Saat itu ia mengatakan pada saya bahwa ia tak ingin bernasib demikian. Tapi sayangnya takdir memberikan kehidupan seperti yang ia jalani. Ada satu hal yang membuat saya tertegun dan teriang-iang  selalu mendengar kata-katanya, yaitu,"kalo jadi orang kaya enak mbak, tinggal  makan tidur dan punya duit banyak." Gak perlu mikirin besok makan apa?. "Nggak kayak saya, hidup dari belas kasih orang." Coba kalo saya jadi orang kaya, saya akan banyak beramal membantu orang yang miskin." Tapi orang kaya kok banyak yang pelit ya?. "Mbak tahu gak, semua orang pasti gak mau miskin?!." Benar juga, apa yang ia katakan. Di dunia ini pasti gak ada yang mau hidup miskin. Dan yang menjadi pertanyaan saya dalam hati adalah jika benar ia menjadi kaya di satu saat nanti bisakah ia menepati apa yang ia katakan?. Seperti yang sering kita lihat, bahwa manusia selalu "lupa" ketika berada di atas. kecuali ia adalah manusia yang sadar akan dirinya, bahwa apa yang ia miliki adalah bagian dari kehidupan orang lain (seperti bersedekah). Harta juga hanyalah titipan Allah semata. Foto doc.Pribadi: Kemiskinan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun