Mohon tunggu...
Nurul Ihsan Fawzi
Nurul Ihsan Fawzi Mohon Tunggu... Ilmuwan - removing barriers in the way of science

Peneliti di Tay Juhana Foundation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kapankah Kita Terbebas dari Covid-19?

2 September 2021   12:30 Diperbarui: 2 September 2021   12:42 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vaksin Covid-19 dapat ditemukan dan diproduksi secara massal adalah buah akumulasi pengetahuan sejak satu abad terakhir. Pandemi Covid-19 bukan hal baru, sejarah mencatat empat kali pandemi serupa pada tahun 1918-20, 1957-58, 1968-68, dan 2009-10. Secara teori kita seharusnya telah menemukan obat untuk mencegah pandemi berulang. Namun, virus influenza tersebut dengan cepat bermutasi dengan varian baru. Begitu pula penelitian untuk produksi obat dan vaksin dilakukan mengimbangi laju mutasi virus.

Vaksin merupakan garda terdepan agar aktivitas harian kita kembali normal tanpa dibatasi. Untuk mencapai herd immunity, dibutuhkan 70% dari populasi atau 180 juta penduduk Indonesia divaksinasi. Seluruh dunia berebut untuk mendapatkan vaksin agar segera terbebas dari Covid-19. Kita pun terdampak, banyak yang menyesalkan kehadiran vaksin Sinovac, bukan Pfizer atau AstraZeneca yang memiliki efikasi lebih dari 90 persen. Terlepas dari jenis vaksin yang diberikan, vaksinasi harian kita hanya bertengger di 1 juta dosis per hari.

Hanya 30 juta penduduk indonesia, atau 11 persen yang telah divaksin lengkap dua dosis. Dibutuhkan waktu 10 bulan untuk memvaksin 60% penduduk untuk mencapai herd immunity, bisa lebih cepat dengan menggandakan jumlah vaksinasi harian. Vaksinasi pun tidak sempurna, efektivitas vaksin terus menurun dan bahkan membutuhkan vaksin dosis ketiga untuk meningkatkan antibodi di tubuh kita.

Dengan tren saat ini, satu tahun pun tidak cukup agar kita terbebas dari pandemi ini. Masih ingat di awal Covid-19 menyerang, banyak ahli menggunakan persamaan matematika memprediksi kapan Covid-19 akan selesai. Kita pun optimis karena kasus positif harian yang terus menurun walau aktivitas berangsur normal kembali. Tentu saja semua berubah ketika varian Delta membuat lockdown darurat yang membuyarkan optimisme tersebut. Dan sampai saat ini, kita tidak pernah melihat lagi prediksi matematika kapan Covid-19 dapat selesai.

Wacana hidup berdampingan dengan Covid-19 atau merubah pandemi menjadi endemi, merupakan harapan baru untuk kita semua. Hidup berdampingan artinya Covid-19 merupakan penyakit biasa, seperti kita izin tidak masuk sekolah karena demam dan flu. Tapi apakah semudah itu untuk dilakukan?

Pemerintah saat ini berfokus untuk mensukseskan program vaksinasi Covid-19 sebagai syarat utama menjadi sebuat endemi. Tapi seharusnya kita belajar dari gelombang varian Delta saat bulan Juni-Juli kemarin, banyak korban meninggal karena tidak tertangani. Lebih dari satu tahun Covd-19, mulai dari PSBB hingga PPKM darurat, peningkatan fasilitas kesehatan terlihat stagnan. Rumah sakit menolak pasien, obat susah didapatkan, bahkan antri untuk mendapatkan oksigen.

Salah satu parameter kita "terbebas" dari Covid-19 adalah bebas melakukan aktivitas, walaupun masih menggunakan masker. Ketika terinfeksi merasa tenang karena fasilitas kesehatan tidak penuh yang menjamin kesembuhan pasien. Tentu saja kita ingin seperti penduduk di Eropa yang menonton piala Euro tidak menggunakan masker. Perlu diingat perbedaannya, mereka telah divaksin dan fasilitas kesehatannya terus berbenah agar yang sakit Covid-19 dapat dilayani dengan maksimal.

Rasanya dengan tren saat ini, hidup berdampingan dengan Covid-19 dalam waktu cepat hanyalah sebuah wacana. Sebagai warga negara, kita telah mematuhi untuk mengurangi mobilitas, mengikuti program vaksinasi, dan menghabiskan waktu lebih banyak di rumah saja. Menjadi tugas pemerintah untuk bergerak lebih cepat, seperti cepatnya virus corona yang bermutasi, agar Covid-19 ini cepat diatasi.

Namun, harapan itu selalu ada. Setidaknya memutus rantai penularan dari diri kita dengan menggunakan masker dan hidup sehat agar antibodi selalu terjaga. Badai memang akan berlalu, tapi jangan sampai memakan korban jiwa. Sejarah juga mencatat pandemi flu tidak lebih dari 3 tahun sampai kehidupan kembali normal. Tentu saja dapat dipercepat dengan upaya vaksinasi yang lebih massif agar tidak lebih dari 10 bulan lagi "terbebas" dari Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun