Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Relawan - Jejak Pena

Menulislah, karena menulis itu abadi. Tinggalkan jejak kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadhan Terakhir

6 Januari 2023   15:18 Diperbarui: 6 Januari 2023   15:21 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 RAMADHAN TERAKHIR

Nurul Hidayah

Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak keterbatasan. Penglihatannya terbatas, misalnya saja ketika kita berada di dalam sebuah ruangan kita tidak akan mampu memandang apa saja yang ada di luar ruangan tersebut. Pengetahuan manusia tentang masa depan pun sangat terbatas. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Kecuali jika ada sebuah mesin waktu yang dapat membawa kita melintasi masa depan. Kita akan mudah mendeteksi apa yang nantinya kita alami, tetapi sayang mesin waktu hanyalah sebuah ilusi. Sekarang adalah waktunya bagi kita untuk mempersiapkan diri menyambut masa depan yang penuh kejutan.

Sebentar lagi bulan yang dirindukan akan segera hadir. Sebuah penantian panjang setahun lamanya. Ramadhan akan senantiasa menjadi bulan yang spesial di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi apapun. Meski pandemi masih melanda negeri, Ramadhan tidak akan membiarkan kita sendiri. Meskipun banyak ruang-ruang yang berjarak, bulan mulia ini tetap lekat dan dekat.

Ramadhan tahun ini akan menjadi pengalaman kedua bagi kita dalam menjalani kenormalan baru. Setiap rumah akan menjadi masjid tempat anggota keluarga melaksanakan ibadah khususnya salat tarawih. Sepanjang siang dan malam lantunan kalam Ilahi saling bersahutan. Bumi tampak terang-benderang sampai datang sebuah malam yang menyimpan keindahan. Ia adalah malam yang diburu oleh setiap insan. Namun malam mulia ini hanya akan hadir di langit hati yang suci dan senantiasa mengingat Ilahi.

Kisah ini datang dari ujung utara pulau Jawa. Dikisahkan ada sebuah kota yang sangat indah dengan penduduknya yang ramah. Di kota tersebut terdapat sekumpulan anak muda berompi hitam. Di dada kanan mereka tersemat sebuah tulisan yang terdiri dari tiga huruf. Sedangkan di dada kiri mereka melekat tiga huruf lainnya. Tiga huruf pertama menggambarkan bahwa mereka adalah para generasi muda Indonesia yang rela berkorban di jalan kebaikan. Tiga huruf kedua melambangkan bahwa mereka adalah pemuda yang sigap dan siap siaga dalam segala keadaan.

Kegiatan pemuda berompi hitam ini tak pernah usai. Mereka bilang bahwa kerja-kerja kemanusiakan tak akan pernah usai sampai nyawa berpisah dari raga. Aku telah menjadi bagian dari mereka selama kurang lebih dua tahun. Masih sangat melekat dalam ingatan tentang kali pertama aku mengenakan rompi itu. Di penghujung tahun 2018 untuk pertama kalinya aku mengenakan rompi hitam itu. Di pendopo kabupaten kami berkumpul bersama mendampingi para penyandang disabilitas. Momentum yang sangat berharga dan bermakna dalam hidupku bisa berinteraksi langsung dengan mereka yang terlahir istimewa.

Pada bulan-bulan berikutnya rompi hitam itu kerap aku jumpai di jalan-jalan yang ramai orang berlalu-lalang, di pelosok-pelosok desa yang minim pencahayaan, bahkan rompi hitam itu telah menyeberangi lautan membawa misi besar kemanusiaan. Seiring berjalannya waktu rompi hitam ini mulai dikenakan oleh orang-orang baru sebagai tanda bahwa virus-virus kebaikan dan kemanusiaan mulai merasuki sanubari setiap insan.

Ramadhan 2019 kala itu kerja-kerja kemanusiaan semakin massif digelorakan. Seolah tidak ingin kehilangan momentum bulan mulia, semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Aksi berbagi kepada sesama terus dilaksanakan tanpa kenal lelah. Di penghujung Ramadhan kerja kemanusiaan tak pernah padam. Pemuda berompi hitam terus melangkah dan berbenah melebur dalam misi-misi kebaikan.

Ketika pandemi datang dan semua orang dirumahkan, para pemuda ini tidak tinggal diam. Mereka meneruskan kerja-kerja kemanusiaan dalam kenormalan yang baru. Tidak hanya rompi hitam yang melekat di tubuhnya, tetapi juga masker beserta alat pelindung diri menjadi seragam yang wajib mereka kenakan.

Kami bersyukur kepada Allah SWT yang berkenan mempertemukan kami dengan Ramadhan meski di tengah pandemi. Kekhawatiran terus melanda dari hari ke hari. Aku pun merasakan hal yang sama, apakah masih ada jatah usia yang akan mengantarku berjumpa dengan bulan mulia? Ataukan Ramadhan 2020 adalah sebuah momentum perpisahan? Sebentar lagi Ramadhan akan hadir kembali tetapi apakah raga kita akan berjumpa dengannya ataukah kita tinggal nama yang terpahat pada sebuah nisan  di masa depan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun