Mohon tunggu...
Nuray
Nuray Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Hanya orang biasa, dan suka belajar banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mencermati Hasil Survei LSI

28 Januari 2023   21:15 Diperbarui: 28 Januari 2023   21:30 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Lembaga Survei Indonesia (LSI) baru-baru ini merilis hasil surveinya tentang "Kinerja Presiden, Pencabutan Ppkm, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, Serta Peta Politik Terkini" yang dilakukan pada 7-11 Januari 2023 dengan menggunakan metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Sederhananya, wawacara dilakukan tanpa tatap muka (by phone).

Namun dari hasil yang publikasikan tersebut ada beberapa hal yang menggelitik nalar, terutama mengenai keabsahan metode samplingnya. Pertama, dalam penggunaan metode RDD ini adalah dengan manargetkan sekitar 83% dari total populasi nasional.  

Jika mengacu pada penggunaan perangkat ponsel yang terhubung pada tahun 2022 berdasarkan data dari We Are Social ada 370,1 juta berarti ada 307 juta pengguna aktif yang menjadi target, namun faktanya hanya ada 1.221 sampel yang berhasil dilakukan wawancara melalui telpon. Sampel tidak terpakai melalui metode ini jika kita cermati sangat besar. 223 juta (penduduk) atau 306 juta (ponsel aktif) dikemanakan?

Kedua, Angka atau nomor yang seluler yang digunakan oleh LSI menggunakan standar penyedia jasa yang mana, mengingat di Indonesia ada beberapa penyedia jasa, dan tentu memiliki SOP maupun pola yang berbeda pula. Jika tidak cermat dalam pemunculan nomor seluler yang akan diwawancarai bisa berakibat fatal terhadap penentuan responden di lapangan sebagai jantung informasi, dimana tahap ini harus dilakukan secara hati-hati dan ketat agar memenuhi prosedur yang ada.

Dengan begitu, jika sampel yang diperoleh tidak memenuhi asas random, maka bisa dipastkan produk yang hasilkan gagal dan tidak mewakili seluruh populasi sebaran penduduk/pengguna telpon seluler di Indonesia.

Ketiga, Dalam simulasi yang dilkukan LSI dari tiga capres, Ganjar paling banyak dipilih 36.3%, kemudian Anies 24.2%, dan Prabowo 23.2%. sementara, dalam temuan berbagai lembaga survei nasional lainnya seperti LSI Denny JA dari ketiga kandidat tersebut bersaing ketat, Ganjar Pranowo dengan angka elektabilitas 25,8%, Prabowo Subianto dengan 23,9%, dan Anies Baswedan 17,8%.

Anehnya lagi, Masuknya Partai Demokrat di ranking tiga, padahal tidak ada aktivitas-aktivitas Partai Demokrat yang menonjol, sementara sebalinya Partai Golkar memiliki ativitas-aktivitas yang sangat menonjol. Terutama bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai Golkar yang menjadi trending selama beberapa waktu terakhir, tapi dalam hasil Survey LSI tersebut Partai Golkar justru melorot ke posisi empat (6,7%).

Keanehan semakin tampak, dengan menyodoknya Partai Perindo ke posisi tujuh besar (4,8%), tanpa bermaksud mendiskreditkan, temuan ini sangat janggal dan diluar nalar pada umumnya. Ini tidak terlepas dari krisis figur dan kerja-kerja partai belum begitu terlihat oleh partai dengan tagline "Untuk Indonesia Sejahtera".

Dengan demikian, klaim yang rapuh dan terlalu berlebihan yang dilakukan oleh LSI ini harus kita cermati jangan sampai ditelan mentah-mentah, karena dalam pengolahan datanya cukup serampangan.  Jika proses dan caranya sudah salah, hasilnya pun perlu dipertanyakan keabsahannya, jangan sampai karena ada nya abuse of opinion masyarakat disajikan dengan data-data dan fakta berlebihan dan menyesatkan. **

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun