Lalu, Saipul Jamil berlabuh pada media Youtube untuk mempertahankan pamornya sebagai publik figure. Jika sudah ranah Youtube, saya pun tak setuju adanya pemboikotan. Bisa dibilang Youtube adalah ruang pribadi yang kita ekspose ke dunia maya. Saipul Jamil masih mendapat dukungan dari para subsciber Youtube-nya. Masyarakat tak punya hak untuk menyerang ruang pribadi-nya untuk membuat karya dan konten. Berbeda dengan televisi yang mana sebuah media massa yang menyangkut banyak orang dan memiliki audience yang umum.Â
Jika aksi pemboikotan dikeluhkan karena hak asasi manusia, rasanya tak tepat teriakan itu ketika ada solusi yang dapat memenangkan kita semua. Televisi bukan satu-satunya cara untuk tampil saat ini. Banyak media lain yang bebas yang bisa mempertemukan dia kembali dengan fansnya. Dia masih punya jalan lain untuk menyambung hidup, untuk itu merengek tentang hak asasi manusia hanya akan membuatnya gulir api semakin panas.Â
Cancel Culture akan terus ada, apalagi keberhasilannya melawan sebuah kasus. Cancel culture seakan menjadi tuas baru bagi masyarakat untuk mengawal gelut dan carut marut publik figure, baik skandal artis, pejabat dan drama politik di Indonesia. Aksi ini tentunya akan menibulkan dampak positif negatif yang akan dibahas pada artikel lain. Menurut saya, Cancel culture akan menjadi kekuatan baru, pembelajaran baru, dan suara masyarakat yang terkadang dibungkam.Â
Itulah pandangan saya mengenai cancel culture atau pemboikotan pada kasus Saipul Jamil ini untuk memberi opini yang lebih beragam. Kalau menurut anda bagaimana?Â