Mohon tunggu...
Nurul Aulya Jannah
Nurul Aulya Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Prof. Dr. Hamka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu

23 April 2021   11:33 Diperbarui: 23 April 2021   12:19 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengertian dan Tujuan Integrasi 

Membicarakan tentang integrasi berarti berupaya untuk memadukan antara sains dan agama untuk menciptakan format baru hubungan sains (ilmu pengetahuan) dan Islam dalam upaya membangun kembali sains Islam yang selama ini dipandang tidak ada. Agama dan sains berbeda dalam metodologi ketika keduanya mencoba untuk menjelaskan kebenaran. Metode agama umumnya bersifat subyektif, tergantung pada intuisi/pengalaman pribadi dan otoritas nabi/kitab suci. Sedangkan sains bersifat obyektif, yang lebih mengandalkan observasi dan interpretasi terhadap fenomena yang teramati dan dapat diverifikasi.

1. Islam adalah agama yang memerintahkan umatnya untuk menjadikan ajaran agama Islam dengan sumber utamanya sebagai rahmatan lil’alamin. Bagi komunitas Muslim, Islam adalah sebuah sistem agama, kebudayan, dan peradaban secara menyeluruh, ia merupakan sistem holistik yang menyentuh setiap aspek kehidupan manusia. Etika dan nilai-nilainya menyerap setiap aktivitas manusia, termasuk didalamnya ilmu pengetahuan.

2. Sedangkan yang terjadi pada intelektual spiritual Barat, menurut Hossein Nasr, itu disebabkan karena Barat telah menduniawikan (mensekulerkan) pengetahuan dan kehilangan kontak dengan yang metafisik. Sehingga, tampak keduanya memposisikan paradigma yang berbeda.Salah satu implikasi di atas memunculkan banyak reaksi dari beberapa pihak, sains modern menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi kalangan pendidikan Islam, kemudian, hal ini menjadi isu yang besar: yakni dikotomi agama dan sains.

Isu ini hanya akan berarti jika dipandang dalam konteks bangkitnya kesadaran di kalangan dunia Islam yang dihadapkan dengan sains modern. Yakni model pengkajian alam semesta yang dikembangkan oleh filosofi dan Ilmuwan Barat sejak abad ke tujuh belas, termasuk seluruh aplikasi praktisnya di wilayah teknologi.

3. Istilah Islamisasi untuk pertama kali sangat populer ketika konferensi Dunia yang pertama kali tentang Pendidikan Islam yang dilangsungkan di Makkah pada April 1977. Islamisasi adalah konsep pembebasan manusia dari tradisi-tradisi yang bersifat magnis sekuler. Yang membelenggu pikiran dan prilakunya.

4. Islamisasi dalam pengertian ini meniscayakan pada pendestruksian terhadap kekuatan kekuatan tradisi yang tidak mempunyai kerangka argumentasi yang jelas. Sedang Islamisasi dalam konteks sains adalah suatu upaya integrasi wawasan objek sains yang harus ditempuh sebagai awal proses integrasi kehidupan kaum Muslimin.

5. Bagi al-Faruqi, pengintegrasian pengetahuan tersebut dilakukan dengan cara memasukkan pengetahuan baru dengan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, perubahan, reintrepetasi, dan penyesuaian terhadap komponen komponennya sebagai pandangan Dunia Islam (Wolrdview Islam), serta menetapkan nilai-nilainya.

Prinsip Intergasi Ilmu Dalam Islam

Kajian tidak ditujukan kepada kepentingan praktis, tetapi didelegasi untuk tujuan tujuan memahami eksistensi alam dan manusia. Dengan ini akan mampu menghantarkan umat pada peningkatan iman kepada Tuhan yang menciptakan ilmu sekaligus sebagai sumber ilmu tersebut. Melepaskan ikatan-ikatan ilmu pengetahuan dari pengaruh sekulerisme. Desekulerisasi ini akan menghadirkan pada keniscayaan kebenaran religius secara diferensial.Dalam ketiga inilah terjadi hubungan simultan dan saling melengkapi (complentary), yang pada tahap selanjutnya membutuhkan pada susunan langkah-langkah praktis dalam usaha integrasi agama dan sains Dalam skala global, persoalan pokok yang dihadapi agama memang masalah sekulerisasi. Sekulerisasi itu menjelajahi kehidupan sosial dalam dua bentuk. Menurut Dr. Zubaedi M.Ag. M.pd.

Dalam bukunya Islam Benturan dan antar Peradaban, membagi dua masalah tersebut menjadi dua, yakni sekulerisasi obyektif dan sekulerisasi subyektif. Sekulerisasi obyektif bersifat konkret dan radikal, biasanya ditandai dengan pemisahan urusan/bidang agama ruhaniah dengan urusan/bidang material jasmaniah. Praktik ini mudah kita temukan dalam sejarah kehidupan masyarakat modern, terutama negara-negara Barat yang mempunyai pengalaman negatif soal hubungan agama (gereja) dengan keilmuan. Adapun sekulerisasi subyektif bersifat halus, biasanya ditandai dengan perasaan atau keyakinan batin untuk tidak menghubungkan pengalaman pragmatis sehari-hari dengan pengalaman keagamaan. Ia cenderung membebaskan diri dari kontrol ataupun komitmen terhadap nilai-nilai agama. Begitu halusnya sampai orang yang mempraktikannya kadang-kadang kurang menyadarinya. Menurut keduanya, masa depan manusia adalah sekuler dan transendentalisasi atau proses dimana Tuhan menjadi impersonal.Jika dilacak, munculnya kecenderungan masyarakat modern kearah sekuleristik dikondisikan oleh sains dan teknologi. Kontruksi Iptek modern yang kurang mengakomodasi dimensi religiutas bersumber dari paradigma yang diandalkan oleh para ilmuan modern dalam membangun pengetahuan yang bercorak rasionalistik, positivistik, dan pragmatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun