Mohon tunggu...
nurul asyiqin
nurul asyiqin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa PAI UIN WALISONGO SEMARANG 19'

From Allah to Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Faktor-faktor dan Perkembangan Remaja Masa Kini

23 Oktober 2019   23:21 Diperbarui: 24 Oktober 2019   09:25 4024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

TUGAS ESSAY

UNTUK MEMENUHI UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH: PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU: NAILI ROFIQOH, S.Psi., M.Si

NURUL ASYIQIN (1903016030)

 

FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN REMAJA PADA MASA KINI

Materi: Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Pertanyaan "apakah yang disebut sebagai remaja?" adalah mengenai definisi dan ketepatan definisi ini akan cenderung bervariasi dalam satu budaya ke budaya lainnya. Sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada diantara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Periode ini adalah ketika seorang anak muda harus beranjak dari ketergantungan menuju kemandirian, otonomi, dan kematangan. 

Seorang yang ada pada tahap ini akan bergerak dari bagian suatu kelompok keluarga menuju menjadi bagian dari suatu kelompok teman sebaya hingga akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai seorang dewasa.[1]

Masa remaja juga bisa dikatakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. 

Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, mulai dari hal yang bisa kita lihat dengan kasat mata maupun yang tidak terlihat dan dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.[2]

Sering sekali dengan mudahnya orang mendefinisikan remaja sebagai priode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, dan juga seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Akan tetapi, mendefinisikan remaja tidak semudah itu. Permasalahannya sekarang, kita tidak dapat berhenti dengan hanya menyatakan bahwa mendefinisikan remaja itu sulit. Sulit atau mudah, masalah-masalah yang menyangkut kelompok remaja kian hari kian bertambah. 

Berbagai tulisan, ceramah maupun seminar yang mengupas berbagai segi kehidupan remaja termasuk kenakalan remaja, hal ini menunjukkan bahwa betapa seriusnya masalah ini dirasakan oleh masyarakat. 

Dengan perkataan lain, masalah remaja sudah menjadi kenyataan sosial dalam masyarakat kita. Terlebih lagi kalau dipertimbangkan bahwa remaja sebagai generasi penerus yang akan mengisi berbagai posisi dalam masyarakat di masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Remaja atau pemuda masa sekaranglah yang akan meneruskan kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Maka pembahasan persoalan remaja sudah tidak asing lagi ditelinga kita.[3]

 Untuk itu perlu adanya bimbingan para remaja dari orang tua, kerabat, bahkan masyarakat sekalipun. Karena apa? Masa remaja adalah masa dimana mereka masih memulai untuk mencari jati diri mereka sehingga remaja terkadang membuat atau melakukan sesuatu tanpa memikirkan kedepannya apa yang akan terjadi. Tidak bisa di pungkiri lagi, jika para remaja terjerat hukum. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa, walaupun batasan yang diberikan untuk itu pun bermacam-macam.

 Hukum perdata misalnya, memberikan batas usia 21 tahun (atau kurang dari itu asalkan sudah menikah)untuk menyatakan kedewasaan seseorang (Pasal 330 KUHP Perdata). Di bawah usia tersebut seseorang masih membutuhkan wali (orang tua) untuk melakukan tindakan hukum perdata (misalnya: mendirikan perusahaan atau membuat perjanjian di hadapan pejabat hukum). 

Akan tetapi jika anak dibawah usia 21 tahun atau belum menikah, sebagai anak-ana berhak mendapatkan perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang diperuntukkan bagi anak (misalnya: pendidikan, perlindungan dari orang tua, dan lain-lain).[4]  Remaja adalah "restrukturisasi kesadaran" yaitu perkembangan jiwa mulai dari kanak-kanak sampai dewasa. Maka mulai berubah pula cara berfikir mereka dari yang dahulunya tidak tahu apa-apa sampai yang sekarang mereka mulai mengetahui apa yang mereka ingin tahu.

 Adapun faktor-faktor perkembangan remaja yang ada pada masa kini atau yang biasa kita sebut sebagai "remaja milenial" yaitu:

  1. Keluarga
  2. Kematangan anak
  3. Status sosial ekonomi
  4. Pendidikan
  5. Kapasitas mental dan emosi

Berbicara soal yang pertama yaitu keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam individu, Santrock menjelaskan bahwa perkembangan individu dapat dipengaruhi oleh sifat keluarga, urutan kelahiran, perubahan dalam keluarga, teknik pengasuhan dan konflik orang tua remaja, hubungan dengan saudara kandung, dan perubahan keluarga dalam masyarakat yang selalu berubah. 

Apabila peran keluarga terhadap anak khususnya di usia remaja sangat baik dan selalu memperhatikan perkembangan anak, maka dengan itu kematangan anak berkembang dengan baik juga dikarenakan sering adanya interaksi atau latihan dari orang tua berikan kepadanya. Tidak cukup sampai disitu saja, perang orang tua sangatlah banyak terlebih untuk memantau perkembangan anak. 

Maka dari itu orang tua harus memberikan pengertian tentang kedudukan atau status sosial yang mereka duduki karena tidak sedikit remaja yang tidak bisa menerima keadaan keluarganya yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya, terlebih melihat zaman sekarang dimana remaja masa kini disebut-sebut remaja "milenial", remaja yang sering-sering disebut remaja yang menuju gaya modern dan tidak mau ketinggalan soal tren. 

Remaja milenial sekarang banyak yang sudah ahli dibidang teknologi dan menggunakan hampir  semua kegiatan dengan teknologi, hal itu sangatlah baik dikarenakan di tahun yang akan datang kita akan banyak menggunakan hal-hal yang bersangkutan dengan teknologi. Maka dari itu kita sebagai remaja masa kini harus bisa menjadi remaja yang kreatif, positif , tidak selalu menerima yang instan saja, dan yang lainnya. 

Maka dengan itu remaja masa kini bisa menghilangkan presfektif seseorang tentang milenial yang selalunya buruk. Karena yang akan meneruskan bangsa ini adalah kita sebagai pemuda bukan yang lain. Maka dari itu jadilah remaja yang selalu melakukan hal-hal positif.

 Tak luput dari itu, didalam faktor perkembangan remaja juga tertera juga pendidikan, ya seperti yang kita tahu bahwasannya pendidikan itu sangatlah penting bagi siapapun itu baik tua mapun muda, karena ilmu  itu tersebar dimana saja tinggal kita yang mau mencarinya dengan sungguh-sungguh atau tidak. 

Contohnya saja sekolah, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering menjadi panutan dalam berbagai hal termasuk panutan dalam mendidik karakter. Pendidikan karakter di sekolah disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan mental peserta didik. 

Pembentukan dan pengembangan karakter sudah terjadi sampai anak berusia remaja. Setelah dewasa, karakter yang dimiliki manusia relatif stabil dan permanen. Oleh sebab itu, model pendidikan karakter pada usia anak-anak, remaja dan dewasa tidak dapat disamakan, karena pada usia remaja pembentukan karakter sangat diperlukan, melihat remaja masa kini harus ada pembinaan karakter yang mendalam. 

Dan hal itu tidak bisa kita samakan dengan pendidikan karakter anak usia dini atau SD. Karena pendidikan karakter remaja dilakukan untuk menghindarkan remaja pada hal-hal negative dan yang sering kita sebut sebagai kenakalan remaja. 

Untuk itu sekolah harus banyak menyediakan peluang kepada para remaja untuk mengembangkan karakternya sehingga perlahan sikap negative para remaja akan berkurang, dan itu akan membuat mereka lebih aktif dalam hal sosial baik disekolah maupun di masyarakat. 

Tidak hanya itu, adapaun model pendidikan karakter pada usia remaja, yaitu senantiasa dilakukan untuk menanamkan kedisiplinan, kejujuran, rasa hormat menghormati dan saling tolong menolong dalam semua kegiatan.

Masa remaja juga masa dimana mereka mempunyai mood (suasana hati) yang bergejolak. Banyak yang membuat para remaja mengalami perubahan mood secara cepat. Dalam perkembangan normalpun seorang remaja mempunyai kecenderungan untuk mengalami depresi. Remaja yang mengalami depresi, tampak pucat, lelah, dan tidak memancarkan kegembiraan dan kebugaran. 

Seringkali mereka mempunyai banyak keluhan fisik, seperti sakit kepala, sakit lambung, kurang nafsu makan, dan kehilangan berat badan tanpa adanya penyebab organik. Apabila mengalami depresi biasanya remaja tidak bisa mengekspresikan perasaannya secara verbal, namun lebih banyak keluhan fisik yang diutarakan, sehingga hal ini biasanya merupakan satu-satunya kondisi yang membawanya datang ke dokter. 

Sensitivitas dari sang dokter dalam menemukan mood akan dapat mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri pada remaja. Tidak hanya mental saja, emosi juga bisa memicu faktor perkembangan pada remaja.

Penyebab remaja tidak bisa menahan emosinya karena beberapa faktor yaitu seperti suasana di sekolah, tekanan didalam tugas, atau banyaknya kegiatan sekolah yang membuat mereka kelelahan. Dengan itu memicu timbulnya masalah perilaku dan  tekanan yang nyata sehingga remaja tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut. 

Dan saat-saat seperti itu remaja rentan atau sering sekali terbawa emosi. Hal itu apabila sering terjadi akan membuat psikis seorang remaja terganggu. Sebab mereka banyak sekali mengalami perubahan dalam dirinya atau banyak nya tuntutan yang ada di usia mereka seperti mulai mengalami pubertas, adanya tuntutan untuk melakukan perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian. Remaja bisa saja melakukan hal yang kriminal atau yang biasa kita sebut sebagai kenakalan remaja. 

Remaja menjadi nakal karena belum mampu melakukan kontrol emosi secara lebih tepat dan mengekspresikan emosi dengan cara-cara yang tidak bisa diterima masyarakat. 

Remaja yang memiliki konsep diri akan melakukan perbuatan positif yang diharapkan masyarakat. Konsep diri negatif akan membuat remaja cenderung melanggar peraturan dan norma-norma masyarakat, dan akhirnya terlibat dalam kenakalan remaja. Kematangan emosi dan sering melakukan psikologi positif yang berkembang dengan baik akan menurunkan potensi remaja terlibat kenakalan. 

Misalnya, perkelahian remaja secara psikologis disebabkan konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan perasaan rendah diri. Penelitian menyimpulkan kematangan emosi dan konsep diri adalah suatu komposisi. Oleh karena itu sangat perlu untuk melakukan kematangan konsep pada diri seorang remaja.[6]

Pada dasarnya masa remaja adalah masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda, banyak diantara mereka masih belum bisa mana yang harusnya mereka kerjakan dan mana yang seharusnya mereka tinggalkan. 

Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) sangat dibutuhkan karena hubungan dengan teman sebaya bisa saja akan lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Akan tetapi peran orang tua sangat dibutuhkan, karena masa remaja adalah masa yang sangat rentan, karena remaja masih berpatok dengan apa yang mereka inginkan tanpa memikirkan apa yang terjadi kedepannya. 

Adapun tahap perkembangan remaja yaitu dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja bisa berfikir secara logis dan transisi sosial, dengan itu  remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain.

DAFTAR PUSTAKA

  1.  Geldard, David, 2011, konseling remaja, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
  2.  Agustiani, Hendriati, 2009 psikologi perkembangan, Bandung:Refika Aditama
  3.  Sarwono, Sarlito W, 2010, psikologi remaja, Jakarta: Rajagrafindo Persada
  4.  ________________, 2010,  psikologi remaja, Jakarta: Rajagrafindo Persada
  5.  Herlan Pratikto, Jurnal Psikologi, Kematangan Emosi, Konsep  Diri Dan Kenakalan Remaja https://media.neliti.com/media/publications/127014-ID-kematangan-emosi-konsep-diri-dan-kenakal.pdf  diakses 21 Oktober 2019
  6.  Ahmad Dahlan, faktor-faktor perkembangan remaja, 2015, https://www.eurekapendidikan.com/2015/02/karakteristik-dan-faktor-faktor-yang.html diakses pada 18 Oktober 2019, pukul 21:13

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun