Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Mistis Agil

15 April 2021   16:09 Diperbarui: 15 April 2021   16:16 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Ceritaa-misteri.blogspot.com

Rupanya jeritan si gadis itu membuat lelaki di kampung yang tidak jauh dari kali itu berdatangan dan ingin memastikan apa yang terjadi. Mereka berdatangan dengan senjata pedang, tombak, dan bahkan ada yang hanya membawa sabit. Mereka mengepung Agil, dan lelaki klemak-klemek itu. Agil yang tidak pernah mengalami kejadian dikeroyok orang desa degan senjata tajam yang siap dihujamkan ke tubuhnya hanya bisa mematung kakinya bergetar hebat.

Sebelum orang-orang desa yang hampir kalap itu bertindak lebih teman-teman lelaki klemak-klemak segera meloncat di tengah-tengah antara orang-orang dan dirinya. Orang-orang yang semula beringas menjadi kecut karena bahkan ada yang segera menjatuhkan senjatanya karena mereka segera sadar siapa yang ada di depannya.

"Maafkan kami pangeran Jasari," Salah seorang di antaranyaa mengatakan kalimat yang hanya sering Agil dengar di waktu ada pertunjukkan ketoprak di desanya. Namun anehnya semua orang yang ingin mengeroyoknya segera mengatakan kalimat yang sama dengan orang sebelumnya. Dan otak Agil segera menghubungkan memorinya dengan nama Jasari. Kemudian ditemukan nama seorang Jasari, nama seorang putra dari adipati  di Kadipaten Parang Garuda, cikal bakala kadipaten Pati. Namun dirinya tidak tahu apakah yang di depannya nyata ingin tidak percaya tetapi dirinya memang ada di situ.  

"Maafkan kelancangan kami jika membuat  Pangeran tidak berkenan, karena memang di daerah ini sering ada suara jeritan. Namun ketika kami datangi ke asal suara kemudian yang kami temui hanya bekas-bekasnya. Baru kali ini kami menyadari jika ada ular yang besar ini, dan sekarang telah menjadi bangkai." Salah seorang dari penduduk mencoba menerangkan sebab mereka datang membawa senjata.

"Nduk kamu tidak apa-apa kan?" Tetiba ada yang ada datang menyeruak dari para lelaki yang mengerubungi gadis itu, kemudian memeluknya dan mencoba menenangkannya.  Gadis yang sejak awal selalu diperhatikan Pangeran Jasari  sangat menghujam deras ke simpul-simpul hatinya.

Dan Agil hanya melihat Jasari terpaku melihat gadis yang dipeluk bapaknya mungkin sedang membayangkan jika yang memeluknya adalah dirinya.  Pandangan gadis itu lembut, dan cukup bagi seorang lelaki mengartikannya, jikalau dia juga menaruh setitik embun di hatinya.

"Jadi Anda itu Jasari, putra dari Yudhapati?" Agil ingin tahu lebih banyak, namun  lelaki yang klemak-klemek itu tidak menjawabnya malah mengajaknya duduk di batu besar di pinggir kali.

"Sedulur tidak perlu berlebihan menanggapi  semua  ini, aku memang ingin mengajakmu melihat kenyataan jika hubungan asmara adalah rasa yang tidak bisa dipermainkan," Kata lelaki  klemak-klemak yang ternyata Jasari itu. Kata-kata yang diucapkannya seperti menyindirnya karena ia memang suka dengan penjual soto di pinggir jalan Sukolilo yang sering dikunjunginya kala ia bepergian ke Solo, atau memang meniatkan hati untuk beli soto.

"Ya aku setuju denganmu, cinta adalah tentang perasaan yang tidak untuk dimain-mainkan,"

"Lur,  perempuan yang berambut ikal itu, padanya telah aku jatuhkan perasaanku. Terlepas dia menyukaiku atau tidak." Kata Jasari pelan, seolah menegaskan jika dirinya jangan mengganggu perempuan yang sebelumnya juga aku lirik. Dalam pikirku, lelaki klemak-klemak ini tahu saja isi hatiku. "Nanti kamu akan aku ajak ke tempatku, agar tahu betapa tanggapan selama ini padaku adalah salah dan tanggapan yang berebihan untuk mengaburkan kebenaran kadipaten Parang garuda" lanjut kata Jasari.

Selanjutnya  Jasari segera pergi karena tidak menginginkan kejadian itu berubah menjadi kekacauan. Sebelum naik ke kudanya sang Pangeran melirik ke gadis itu dan rupanya tidak bertepuk sebelah tangan si gadis pun memandanganya dengan senyum semanis tebu. Dalam hati pangeran sangat masgul mengapa hanya sekian waktu dia bertemu dengan gadis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun