Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandya Kala di Kadipaten Parang Garuda (Tamat)

19 Desember 2020   05:28 Diperbarui: 19 Desember 2020   05:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : infobaru.id

Tangan Yudhapati bergetar demikian juga Kembang Joyo. Serangan awal untuk mengukur kekuatan lawan, sedikit banyak Kembang Joyo mengakui kehebatan kekuatan Yudhapati. Meskipun Yudhapati lebih tua darinya namun kekuatannya mendekati kesempurnaan.

Maka dari itu pada serangan berikutnya dirinya lebih banyak menghindar daripada harus berbenturan pedang dengan Yudhapati. Bayang matahari sudah sepanjang galah, burung-burung laut sudah banyak  kembali ke pohon bakau yang berada tidak jauh dari pertempuran itu.

"kembang Joyo, aku akui olah kanuraganmu cukup memadai. Mari kita keluarkan pusaka masing-masing agar pertempuran ini cepat selesai," Yudhapati mengeluarkan cemeti yang dililitkan di pinggangnya. Segera ia lecutkan ke udara dan suara, "tar... tar... tar...tar," menggetarkan seluruh yang mendengar tidak terkecuali soponyono, Adipati Puspa Andung jaya, bahkan para prajurit Carang soka ada yang langsung lemas. Namun Kembang Jaya hanya tersenyum kecil.

"Yudhapati permainan kuda-kuda nya sudah selesai? Kalau sudah, segera selesaikan urusan kita," Kembang Joyo mengambil langkah ke belakang mengeluarkan keris Rambut Pinutung takzim ia berikan, seolah ada nyawa di dalam warangka dan keris.

Ketika Yudhapati mengetahui kalau musuhnya sudah siap dengan pusakanya. Ia lecutkan cemetinya ke segala arah, keruskan yang diakibatkan dari cemeti itu  luar biasa. Pohon-pohon pun tumbang, maka arena pertempuran itu pun meluas hingga ke bibir pantai yang banyak tumbuh pohon kelapa.

Kembang Joyo hanya bisa berlompatan ke segala penjuru. Sangat beresiko jika harus menangkis cemeti Yudhapati yang panjangnya hampir sama dengan anakan bambu, hanya dirinya selalu mencari celah.

Benar juga pada serangan yang ke seratusan kali, Yudhapati agak lengah di antara dua pohon Kelapa gading yang tumbuh berdekatan cemeti yang dilecutkan mengahncurkan satu pohon, namun melilit pada pohon satu lagi, satu kesempatan dengan lompatan ke atas dan mendarat persis di belakang yudhapati satu tusukan lurus ke lambung mencukupi pertempuran. Bersama penguasa siang yang telah tenggelam di balik gunung muria, seakan tidak mau tertinggal nyawa Yudhapati pun menyertainya menghadap penguasai tunggal alam raya.

Prajurit Carang Soka dan Majasemi bersorak sorai suaranya menggema seolah suara reruntuhan tebing di musim penghujan. Sementara itu Senopati dan para prajurit Parang Garuda hanya pasrah pada keputusan pemenang, mereka semua paham dengan hukum perang.

Hanya saja mereka masih mengharap ada mukjizat yang bisa melepaskan mereka dari tajamnya pedang yang memenggal kepala. Kembang Joyo sangat mengerti dengan keadaan para prajurit yang kalah perang itu.

"Wahai prajurit Parang Garuda, Saya, Kembang Joyo sebagai panglima perang Carang Soka meminta kepada kalian untuk taat pada tuan kalian yang baru. Jikalau di lain hari kalian melakukan kesalahan yang serupa pada pemerintahan yang baru maka tidak hanya kalian tetapi seluruh keluarga kalian akan saya musnahkan. Camkan itu!," perintah Kembang Joyo, prajurit Parang Garuda tanpa diperintah dua kali meletakkan senjatanya kemudian bersimpuh di tanah sebagai tanda tunduk pada Carang Soka.

Adipati Puspa Andung Joyo yang tahu kepimpinan Kembang Joyo hanya bisa menatap ke langit timur yang sudah menampakkan bulan dengan bulatannya yang terang. Dirinya mengetahui jika sudah muncul pemimpin baru yang dapat membawa Carang soka yang sekarang ditambah Parang Garuda bahkan Majasemi akan menjadi kerajaan baru bukan hanya perdikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun