Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandya Kala di Kadipaten Parang Garuda (Tamat)

19 Desember 2020   05:28 Diperbarui: 19 Desember 2020   05:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : infobaru.id

"Senopati, aku sendiri yang akan menghadapi Adipati Puspa Andung Jaya,"

"Tetapi, jika Kanjeng Adipati menyeberangi sungai sendiri maka saya khawatir jika pantangan itu telah dilanggar. Sebagai orang selatan sangat tidak baik menyeberangi sungai Juwana, terlebih dalam keadaan perang,"

"Tetapi sangat tidak pantas seorang Adipati menolak perang tanding ini. Karena jika yang mati hanya satu orang maka akan menyelematkan banyak orang, karena jika Puspa Andung Jaya yang mati maka seluruh prajurit dan kadipaten Carang Soka dan isinya akan menjadi milik Parang Garuda."

Senopati itu hanya terdiam, selanjutnya menyaksikan  Adipatinya berlari menyeberangi sungai melewati jembatan yang roboh. Sang Senopati bersama beberapa prajurit pilihan segera megikutinya, ketika Yudapati sudah sampai di tengah jembatan. Hati Yudapati teriris ketika melewati jembatan yang sudah menjadi onggokan karena baru saja putranya telah memenuhi kewajibannya sebagai seorang ksatria.

Dirinya hanya ingin cepat menuntaskan perang ini dan kembali merajut masa depan Parang Garuda. Dirinya hanya menarik nafas panjang, sudah demikian jauh Yuyu Rumpung mengajaknya dalam sengketa dengan Carang Soka. Namun semua sudah terlambat, perang telah merusak segalanya.

Baru saja kaki Yudhapati menginjakkan kakinya diseberang sungai yang penuh lumpur seorang lelaki telah menghadangnya. Di belakangya tampak Soponyono didampingi Rayung Wulan, dan dibelakang mereka Adipati Puspa Andung Jaya.

"Andung Jaya, hadapi aku jangan berdiri di belakang. Pengecut kamu, Ke sini, " Yudhapati mengacungkan pedangnya ke arah Yudhapati.

"Yudhapati tidak perlu menantang Adipati Puspa Andung Jaya, sekarang akulan yang harus kamu hadapi. Karena sekaranglah aku panglima perangn Carang Soka,"

 "Rupanya Adipati Andung Jaya sudah menjadi perempuan, untuk menghadapi Yudhapati ini harus diwakili," kemudian Yudhapati melirik ke arah orang yang menghadangnya,"Sebutkan namamu anak muda untuk terakhir kalinya," Lanjut Yudhapati.

"Kembang joyo, begitu orang tua memberi nama pada saya," kata Kembang joyo dengan sopan namun sudah memasang kuda-kuda, siap-siap untuk bertahan atau pun menyerang.

"Bagus, kamu masih punya sopan pada orang tua. Tidak usah banyak kata, hunus pedangmu," berkata demikian Yudhapati menyerang dengan pedangnya lurus menusuk. Kembang Joyo yang sudah siap dengan segala kemungkinan menangkis serangan pedang Yudhapati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun