Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandya Kala di Kadipaten Parang Garuda (Tamat)

19 Desember 2020   05:28 Diperbarui: 19 Desember 2020   05:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : infobaru.id

"Maksud paman Singopadu kemampuan saya kurang memadai untuk melawan Yuyu Rumpung?" masygul Kembang Joyo dikatakan kemampuannya belum sanggup menghadapi Yuyu Rumpung.

"Bukan maksud saya seperti itu, ingat saja Raden kejadian yang baru saja menimpa Sukmoyono. Kurang apa kemampuannya. Namun yang terjadi beliau gugur karena masuk dalam perangkap Yuyu Rumpung," Singopadu berusaha menjeleskan mengapa dirinya melarang Kembang Joyo Menghadapi Yuyu Rumpung.

Kemudian dirinya melihat Kembang Joyo mengelus Keris yang berada di pinggangnya, Yuyu Rumpung pun hanya tersenyum tipis, "saya tahu Raden Kembang joyo memiliki pusaka yang sangat sakti. Namun sekali lagi raden, saya hanya mengingatkan musuh yang akan dihadapi adalah seorang yang mempunyai pengalaman dan kecerdikan yang sangat baik. Kalau Raden ingin memaksa menghadapi Yuyu Rumpung saya persilakan," kata Singopadu.

Kembang Joyo terlihat berpikir kemudian dia mengambil suatu kesimpulan, lebih baik mengikuti nasihat Singopadu. Buktinya, Pangeran Jesari sangat mudah ditaklukkan dengan satu taktik yang sangat sempurna, "Baiklah paman Singopadu, saya serahkan Yuyu Rumpung untuk diselesaikan," kata Kembang Joyo."

"Terimakasih, dan sekarang saya mohon untuk pinjam kuda Raden Kembang joyo," kata Singopadu.
"Bukankah kuda paman Singopadu adalah kuda jantan pilihan, tidk seperti kuda saya ini betina," kata Joyo Kusuma tidak mengerti.
"Nanti pangeran akan tahu sendiri," berkata demikian Singopadu turun dari kudanya, Kembang Joyo melakukan hal yang sama.

Singopadu  dengan cekatan meloncat ke kuda betina milik Kembang Joyo. Kemudian memacunya secepat angina selatan yang bertiup pelan yang menandakan musim penghujan akan menjelang membasuh bumi dari seluruh kotoran-kotoran yang melekat padanya, sekaligus memberi kehidupan pada rumput yang kerontang pada musim kemarau.

Di tengah terik yang menyengat Singopadu sangat sadar jika dirinya akan menjadi umpan yang empuk Yuyu Rumpung jika menghadang di pinggir kali yang masih penuh air meskipun di penghujung kemarau.

Singopadau teringat betul bagaimana prajurit yang Majasemi di habisi dengan mudahnya saat perburuan dalang Soponyono. Para prajurit yang masih hijau strategi perang hanya mengikuti pancingan Yuyu Rumpung yang seolah-olah melarikan diri.

Namun ketika sudah berada di air tanpa ampun seluruh prajurit itu harus merelakan nyawanya melayang. Itulah mengapa musuhnya itu mendapat julukan Yuyu yang berarti akan sangat kuat jika berada di daerah lumpur.

Yuyu Rumpung yang sedang menebas lawannya membuka jalan agar pasukan Adipati Yudhapati mudah memasuki wilayah sebelah sungai tempat pasukan Carang Soka dan Majasemi tiada sadar akan adanya kuda yang berlari mendekati dirinya. Yuyu Rumpung tiba-tiba terhenyak dari punggung kuda dan tidak bisa  menghela, lari kudanya liar seperti kuda birahi. 

ikalau kuda jantan sudah ingin melampiaskan nafsu pada kuda betina maka tak satupun di depannya dianggap penghalang. Yuyu Rumpung pun hanya mengikuti gerak tubuh kudanyaa yang penting dirinya jangan sampai dihempaskan ke tanah kalau itu terjadi maka bahaya yang ada sama besarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun