Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Kaki Gunung Muria Rencana Disusun

11 Oktober 2020   17:35 Diperbarui: 11 Oktober 2020   17:39 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi via hipwee.com

Sandya kala di Parang Garuda

(VI)


Gunung Muria terlihat berpayung awan namun agak tipis tidak setebal biasanya. Bahkan pada suatu waktu pernah terjadi panas di siang hari hingga hampir memecahkan batok kepala namun anehnya gunung Muria berselimut awan dan berkabut yang tebal.  bahkan ada yang menyangka kalau awan itu akan selalu ada di atas gunung muria. 

Jikalau awan itu pergi, orang-orang yang menempati di kaki gunung  Muria, di lembah-lembahnya hingga Kadipaten Carang soka yang berada di tanah subur karena diari sungai yang berasal dari air Rahtawu yang mengalir hingga Juana berakhir di laut, meyakini akan menemui peristiwa yang tidak menyenangkan.

Seperti konon cerita gunung Muria awalnya terpisah dari Jawa Dwipa berhari-hari tidak berpayung mendung terlebih kabut,  hingga pada suatu waktu gunung itu meletus sangat dahsyat memuntahkan seluruh isinya hingga terdengar sampai ke Swarna Dwipa. Karena letusan yang dahsyat yang terjadi antara tahun 300 Masehi itu terjadi  pengendapan di laut sekitar gunung yang sangat luar biasa. 

Dan  endapan itu pun  lambat laun dapat menyatukan daratan dan gunung yang terpisah itu. Cerita itu dituturkan dari mulut ke mulut kalau gunung Muria sudah menyatu dengan daratan akan ada peadaban baru di tanah sekitarnya. Terutama wilayah yang orang-orang yang dapat melihat gunung Muria secara langsung.  

Sementara itu di hutan perbatasan Carang Soka, Singopadu hanya memandang ke gunung Muria yang tampak pucuknya saja karena tertup hijau daun hutan yang lebat. Sesekali dirinya melihat ke angkasa dengan cemas, seolah-olah mengkhawatirkan sesuatu. Tidak sekali bahkan berkali-kali Singopadu melakukan hal yang sama, sehingga para prajurit pilihan yang selalu menyertainya menjadi bertanya-tanya namun ketika akan bertanya tidak ada pikiran itu dipendam dan tidak pernah sampai di lidah.

"Ah, itu akhirnya datang juga." Singopadu melihat ke angkasa kemudian dilambaikan tangannya dan merentangkan tangan kanannya. Tiba-tiba menukik seekor burung merpati dengan cepat dan hinngap tepat di tangannya. Sekarang para prajuritnya baru mengerti akan kegelisahan tuannya. Setelah Singopadu memegang burung itu di tariknya selembar benang yang berada di sayap merpati itu. Kemudian dia mengangguk angguk, dan tersenyum lebar. "Mari kita menghadap Adipati Puspa Andung Jaya." Ajak Singopadu sambil memasukkan merpati ke sangkarnya yang telah terisi makanan kesukaannya. Beras hitam dan kacang hijau.

Matahari pun sudah mulai condong ke barat ketika dirinya sudah berada di ruang pribadi Sang Adipati. Meskipun hari ini bukan saat pisowanan, namun untuk Singopadu segala saat dapat digunakan untuk menghadapnya. Saat dirinya sudah berada di depan balai pribadi  Adipati,  penjaga pintu itu pun segera mempersilakan Singopadu untuk masuk. Penuh takzim dirinya masuk ke ruang tamu yang ada. Meskipun dirinya orang kepercayaan namun tatakrama tidak pernah ditanggalkan. Dirinya selalu menyadari sang Adipati sebagai manusia pilihan Sang Yang Widi untuk memimpin di wilayah Carang Soka.

"Silakan Paman Singopadu, jangan sungkan-sungkan." Kata Sang Adipati, "Pasti ada berita yang sangat penting,"
"Ada hal yang ingin hamba sampaikan, bahwa rombongan temanten dari Parang Garuda sudah dalam perjalanan. Dan menurut perhitungan hamba sebelum matahari terbenam akan tiba di Carang Soka" kata Singopadu dengan pandangan yang lurus tidak mendongakkan kepalanya hingga menatap mata Adipati Puspa Andung jaya.

"Memang begitu rencananya, Kadipaten Parang Garuda sebagai tetangga Negara memang tidak begitu jauh. Lalu apa yang aneh Paman?" Kata Adipati Puspa Andung Jaya dengan nada agak sedikit tinggi. Karena setelah sebagian syarat terpenuhi mau tidak mau dirinya harus menyetujui hari pernikahan putinya yang telah ditetapkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun