Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi di Jiwasraya, Momentum Memberi Hukuman

18 Januari 2020   18:09 Diperbarui: 18 Januari 2020   18:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : suara.com

Sesosok ET, Jika pembaca paling tidak seangkatan saya pasti mengenal dia. Artinya saat film yang disutradarai Stephen Spielbergh pada tahun 1984  ini kita masih berbaju putih biru. Secara singkat cerita ini tentang suatu tokoh dari  planet lain dan mempunyai hubungan batin dengan manusia, terutama tokoh Elliot dan ET akronim dari Extra Terrestrial.

Dan bagi saya ET ini dianalogika dengan Pak Erick Tohir (maaf ya Pak.... ), sangat asing dirasa karena sebagai anak bangsa Indonesia sepak terjangnya sangat berbeda dengan kebanyakan warganya. Pada usia ini pastilah beliau juga mengenal film ET pada masanya, bukan bentuk fisiknya yang disamakan. Karena beliau lebih sangat ganteng dengan penampilannya sebagai menteri dengan usia yang masih muda. JIka dibandingkan dengan tokoh ET ya tidak pantaslah. Namun setiap orang sampai sekarang masih mengenal bentuk ET itu.

Kurang dari tiga bulan menjabat kementrian BUMN, kejutan seperti nyala kembang api di malam hari menggelegar, mengagetkan seluruh penghuni yang tertidur, dan yang masih begadang pastilah akan merasa sesuatu yang indah hadir di angkasa. Antara kejutan dan keindahan di malam buta yang memberikan harapan indah esok harinya seolah-oleh sengaja disuguhkan oleh Pak ET ini.

Ahok tanpa basa-basi ditempatkannya di komisaris utama Pertamina, siapa pun yang bertinggal di negeri ini pastilah kenal tokoh ini. Pekerja keras, jujur, mempunyai visi jelas, karena suatu hal dia harus masuk jeruji besi. Setelah menjadi pesakitan pamornya bukan mengendor namun malah moncer, baru dua bulan menjabat, Pertamina  sudah diajaknya pada arah yang menjanjikan. Antara lain turunnya jenis bahan bakar, meskipun jenis itu naik turunnya harga mengikuti kecenderungan harga pasar dunia. Namun sudah ada keyakinan pangsa pasar yang positif di era ini.

Setelah Pertamina dirasa pada tangan yang benar, ET  melanjutkan bersih-bersih di BUMN lainnya, kali ini Jiwasraya.  Hal ini memang harus dilakukan seorang menteri BUMN, karena bagaimanapun juga perusahaan yang bergerak di bidang asuransi dan sudah didanai Negara namun tidak mampu membayar premi jelas merupakan tamparan di muka preiden yang sangat keras.

Kerugian Negara 13,7 Triliun akibat permainan dari orang-orang yang sebenarnya diberi amanah untuk memajukan perusahaan jasa milik Negara itu. Sri Wahyuni dan ET yang diberi mandat Presiden selalu  menunjukkan kepercayaannya. Hingga kini sudah menemukan kejanggalann yang ada dan lima orang yang sementara jadi tersangka dan  harus membuktikan kalau mereka tidak bersalah.

Dan jika tidak bisa membuktikan kalau mereka tidak bersalah harus mendekam di penjara. Kelima orang itu antara lain, Hendrisman Rahim (Direktur Utama 2008-2018), Benny Tjokrosaputro (Komisaris PT Hanson International), Hary Prasetyo (direktur Utama PT Lautandhana Investemen), Heru Hidayat (Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera {TRAM}), Syahmirwan (Mantan Kepala Divisi Investasi dan Keuangan Jiwasraya. Itulah orang-orang yang diduga mempermainkan perusahaan berplat merah, dan kemungkinan yang menjadi tersangka pun akan bertambah.

Erick Tohir juga fenomenal dalam masa awal jabatannya,   perusahan penerbangan Garuda yang pada awalnya adem ayem dibuatnya menjadi kepanasan karena terungkapnya kasus penyelundupan sepeda motor gede  dan dua sepeda Brompton imbasnya banyak direktur yang dipecat dari jabatannya. Dan anak perusahaan Garuda, cucu perusahaan Garuda yang terindikasi menggarong keuangan perusahaan di eliminasi.

Selain Jiwasraya yang mengorupsi uang Negara sebesar 13.7 Triliun masih ada lagi korupsi di negara kita yang nilainya fantastis, sebut saja Asabri 10 Triliun, Bank Century 8 Triliun, Pelindo II 6 Triliun, Kota Waringin Timur 5.8 Triliun BLBI 4.5 Triliun, E.KTP 2.3 Triliun, Hambalang 700 Miliar.  Tentu saja nilai itu sangat banyak hampir 50 Triliun. Tetapi maslah korupsi bukan hanya nominal yang harus diperhatikan tetapi dampak lain dari perbuatan itu.

Terganggunya  sistem yang sedang berjalan, merusak tatanan yang sedang dibangun, bahkan rusaknya sendi-sendi kepercayaan yang ada pada perusahaan berplat merah khususya. Bahkan secara nasional akan menjadikan perbuatan korupsi dipandang menjadi kewajaran jika sudah berada pada level tinggi. Namun apakah di level bawah tidak bisa? Bisa saja. Gayus Tambunan adalah segelintir oknum pegawai keuangan yang mempunyai kapasitas merusak sistem.

Menjadi sia-sia saja bersih-bersih yang dilakukan oleh Erick Tohir, dan Sri Mulyani, bahkan langkah-langkah tegas Jaksa Agung RI ST Burhanuddin jika suatu saat pengganti di badan-badan usaha berplat merah itu berani lagi melakukan tindakan tercela. Untuk itulah langkah hokum yang sangat akurat diperlukan agar korupsi yang sangat merusak itu bisa dihentikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun