Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persiapan Pernikahan ala Simbahku

14 Januari 2020   12:07 Diperbarui: 14 Januari 2020   12:24 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: rejekinomplok.net

Dua puluh tahun lalu keberanianku menanggung rencana pernikahan untuk salah seorang anggota keluarga yang sudah tiba hari yang ditentukan pada masa lamaran merupakan pengalaman luar biasa, seperti mengendarai mobil tua dengan menanjaki lereng Tawangmangu yang tinggi dan kanan kirinya jurang yang menganga. 

Bersamaan itu cuaca hujan yang telah lama turun dan sangat awet bisa dikatakan seharian turun hujan. Untuk itu dibutuhkan keberanian ekstra dan tentu saja perhitungan serta keterampilan yang akurat, agar dapat mencapai tujuan di balik pegunungan dengan tidak kurang suatu apa.

Saat itu rasanya nekat saja selain pengalaman membuat suatu pesta  belum punya, modal hanya cukup untuk lamaran, saudara yang dinikahkan hingga empat hari pesta belum datang masih di rantau, katanya belum dapat izin dari kantor. Tambah rumit lagi. Padahal undangan sudah menyebar. Kalau ditambahi ibarat yang sudah saya katakan, mobil tua yang saya paksa naik gunung itu hanya menyisakan sedikit bahan bakar. Kadang-kadang  kenekatan mengalahkan kenormalan pikiran. Dalam pikirku pesta toh akan berakhir, ini mulai saja belum.

Sore hari, saya duduk sendirian memandang sawah di samping rumah, tiba-tiba pundakku disentuh oleh tangan yang sangat saya kenal, ia Mbah (nenek) saya (Almarhumah) semoga Beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Alloh SWT, Amiin...

Mbah saya tahu kerisauan dalam pikiranku. Sambil mengambil temapt duduk di depanku. Beliau memberikan nasihat, memang berat jika belum pernah menjadi orang tua namun sebagai orang desa yang tumbuh dalam kegotongroyongan yang sudah mendarah daging tidaklah menjadi hal yang susah ketika ada warganya yang mengalami kesulitan.

Ketika akan mengadakan acara apapun termasuk pesta pernikahan yang pertama adalah harus adanya kayu dan latu (api). Agak terheran-heran 'mosok' hanya api? Simbah rupanya tahu keheranan saya, Ketika ada api artinya segala jenis masakan bisa diolah dan matang. Coba bayangkan kalau tidak ada api, mau diapakan seluruh bahan mentah. Apa iya harus dimakan mentah-mentah?

Namun juga (api)  bisa berarti semangat atau kegembiraan yang harus dimiliki oleh tuan rumah. Jika tuan rumah terlihat semangat tamu-tamu ataupun tetangga yang membantu kegiatan turut serta menjadi semangat. Saat itu semua kursi, meja, deklit atau tenda pengantin semuanya pinjam dari rukun warga. Jadi sangat hemat sekiranya mengadakan pesta apa pun.

Nasihat yang diberikan berikutnya adalah adanya banyu (air), logika yang sederhana. Semua perhelatan  butuh air, semua dimasak pakai air. Paling tidak kalau menjamu tamu adalah dengan air hangat. Sampai saat ini pun masih berjalan pesta model resepsi. Jadi air hangat atau teh (biasanya) menjadi menu wajib. 

Andaipun tidak ada apa-apa semisal tidak kue atau roti,  jika tamu sudah disuguhi air rasanya tidak membuat tamu merasa dibiarkan. Namun ada makna lain yang dapat saya simpulkan beriring berjalannya waktu yaitu, setiap orang yang sedang mempunyai kerja harus bisa pasrah pada kehendak Tuhan.

Jikalau pesta bisa berjalan lancar harus diwujudkan sebagai bentuk syukur segala upaya yang telah dilakukan hanyalah atas kehendakNya. Karena semua seperti sifat air dingin dan mempunyai aura menenangkan. Jadi tidak perlu grusa-grusu atau bertindak tanpa dikontrol. Pesta di desa pada hakekatnya mengarahkan air selalu ke tempat yang baik.

Segala urusan sudah ada ahlinya, ada yang mahir di dapur, ada yang lihai mendekor, ada yang pintar mengatur tamu, dan masih banyak lagi namun saja semuanya tidak ada yang merasa menjadi nomor satu, semuanya adalah penduduk desa yang mempunyai bakat alamiah. Nasihatnya lagi, saya sebagai orang yang mempunyai hajat tinggal memohon secara halus agar bisa menolongnya. Mereka akan senang hati dan dengan tangan terbuka semuanya bersedia membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun