Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tengkleng Dulu, Baru Soto, dan Ingatan Pun Serasa di Kampung

11 November 2019   15:14 Diperbarui: 11 November 2019   15:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hari Jumat sore sebenarnya ada waktu untuk pulang ke Solo. Keinginan menemukan jejak-jejak masa lalu dan mengulangnya. Namun keinginan yang sudah  kuat mendesak itu tidak bisa dilakukan, karena mendadak  ada acara yang penting pada jumat malamnya. Gagal maning-maning, tidak apalah toh masih ada esok hari.

Sabtu pagi tiba-tiba ada keinginan pergi ke kota Pati. Kok kota? Ya karena saya bertempat tinggal di di desa Gabus ke arah Selatan dari kota Pati sekitar 12 km. Jadi kalau orang yang di luar kota Pati menyebut Pati ya ke Kota. Meskipun kecil tetap kota, meskipun kota yang hampir sama ramainya dengan kota kecamatan Kartosuro, sebelah barat Solo sana.

Di Kota Pati, saya  hanya sekadar mencari sesuatu yang bisa menghubungkan kembali dengan kampung halaman.

Tiba-tiba anak saya mengajak  ke arah timur alun-alun selatan gedung DPRD II  pati.  Wah pasti ke  SSB, Sekolah Sepak Bola? Bukan. Tetapi SSB akronim dari Soto Segar Boyolali. Anak saya tahu aja kesukaan ayahnya. Mungkin dari Anda sudah ada yang kuliner di tempat itu. Karena SSB sudah membuka cabang hingga Jakarta.  Semoga pernah ya, jadi saya tinggal menggoyang ingatan rasa Anda.

Ya bisa, bagi saya rasa di lidah bisa menyambungkan akan sesuatu yang pernah kita miliki. Misalnya saya makan mangga yang masam, maka ingatan saya akan berlari ke masa silam. Saat melempari mangga milik orang lain kemudian mengambilnya dan dimakan beramai-ramai. Artinya mangga dan rasa masam bisa mengingatkan ke masa kanak-kanak yang tidak pernah kembali.

Dari bau pun bisa mengingatkan kejadian masa silam atau mengingatkan seseorang yang pernah singgah dalam diri. Bahkan hanya melewati sawah dan bau tanah yang bercampur air. Tiba-tiba saya ingat masa kecil  saat menaiki kerbau yang masih kotor setelah  membajak sawah dan dimandikan di sungai.  Bahkan hanya melihat jalan yang hampir sama dengan yang pernah singgah di pikiran, angan pun akan menjadi de ja vu.

Banyak hal yang bisa mengingatkan segala masa lampau kita, dan bagi saya caranya adalah menikmati Soto dan Tengkleng. Kali ini saya memesan tengkleng sebagai  makanan yang saya santap pertama dan soto setelahnya. Anak  lanangku memesan sama persis dengan porsi saya, sementara ibu mertua dan istri hanya memesan soto.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Makanan yang saya santap pertama adalah Tengkleng.  Makanan ini hampir sama dengan gulai  berkuah dan bersantan yang berbahan dasar daging kambing, namun yang membedakan dan sangat mencolok adalah gulai kambing biasanya berisi jerohan-jerohan, lemak, dan urat. Sedangkan tengkleng kambing bahan bakunya adalah daging yang melekat di tulang-tulangnya.  Bukan tulang utuh ya, namun yang sudah dipotong-potong tidak lebih dari lima centimeter.

Kalau saya yang paling ngangeni makan tengkleng adalah bisa mengisap sumsum yang berbentuk jel.

Ketika diisap bunyi srrruuup, apalagi kuah yang telah merasuk ke tulang dan sumsumnya. Wah kalau gak ingat kolestrol bisa setiap hari datang. Tetapi untungnya saja khusus menu tengkleng hanya tersedia pada hari sabtu dan minggu.

Tengkleng sangat terkenal di Solo, di Pasar Klewer, pasar Gedhe, atau di Sumber. Warung-warung itu menyajikan rasa khas tengkleng yang membuat pembelinya selalu ingin kembali. Dan saat saya tidak kesampaian pulang ke Klaten jadi cukuplah makan di Warung SSB ini.  Rasa lezat di warung ini

 tidak jauh dengan asal makanan yang dihidangkan di Solo.  Gurih daginya tidak prengus  atau bau khas dari kambing tidak terasa.Dan yang lebih mengherankan bagi saya adalah kuah tengkleng selalu sedap apa karena tidak terlalu kental ya, ah ...pasti rahasia dapur nih.
 
Setelah semangkuk tengkleng dan sepiring nasi kandas, giliran soto yang menjadi  santapan berikutnya. Saat makan soto  ini saya membayangkan makan di pinggir kali yang airnya mengalir sangat jernih. Kuliner itu ada di daerah Polanharjo, dekat Cokro, Tulung, Kabupaten Klaten sana. Sehingga ketika menikmati soto di sini saya khayalkan   bunyi mobil adalah  air yang sedang mengalir.

Soto adalah makanan terkenal  yang menjadi kuliner bonafit. Terutama yang berasal dari Solo, Klaten, Boyolali, pasti mengenal kuliner  berkuah ini. Aroma khas serai, lengkuas, jahe, bawang putih sangat kuat. Apalagi kalau kuah yang panas sudah bertemu dengan lidah. Rasanya pingin nambah aja. Karena sebelumnya saya sudah menghabiskan satu mangkuk tengkleng dan sepiring nasi, maka soto yang saya pesan kali ini tanpa nasi. Jadi, hanya soto alias soto kosongan. Tetapi bukan mangkuk doang.

Jeruk hangat dengan sedikit gula,  minuman yang saya pesan untuk menutup kuliner kali ini. sekaligus mengingatkan kembali kampung halaman yang belum sempat ditengok setelah dua bulan. Meskipun hanya dua bulan namun cukup kangen juga untuk menapaki jalan sawah di sebelah rumah. Atau menikmati kuliner di pinggir kali. Apakah Anda juga punya makanan atau minuman yang bisa mengingatkan ke masa lampau atau sesuatu yang tersimpan di memori? Kalau ada dengan cara berkuliner bisa membangkitkannya mari kita lakukan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun