Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buzzer Perlu(kah) Wasit

11 Oktober 2019   20:05 Diperbarui: 11 Oktober 2019   21:15 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buzzer (bazer) atau pendengung mempunyai makna menyerukan suara tiruan dari suatu benda bisa pesawat, sirine, lebah dll (KBBI). Sesuai dengan makna yang dimiliki, pendengung merupakan perantara agar suaru asalinya dapat didengar oleh orang luas.

Untuk didengar luas dengungan itu harus disuarakan oleh suara banyak. Kalau satu orang, namanya berteriak-teriak. Dengungan akan memantulkan suara sesuai asalinya. Jika dengungan benar maka pendengar akan menerima dengan benar, namun menjadi masalah adalah manakala bazer menyuarakan ketidakbenaran.

Sangat lumrah manakala di media ada yang menulis gagasan bersumber dari suatu peristiwa kemudian ada yang membaca dan menanggapi. Kalau pas dan seperti ada yang baru atau aneh pembaca tidak ragu untuk me-ngeshare-nya. Sebagaimana orang berjualan akan mewartakan kembali kalau toko itu murah, toko itu menjual barang yang sangat baik mutunya, lantas ada ada yang membeli, kalau tidak jadi ya pindah ke toko lainnya.

Dalam konteks bazer apakah dibayar sehingga selalu mendengungkan berita secara fanatik saya tidak tahu. Kemudian bazer mendengungkan suatu idealis secara masif tanpa bayaran saya juga tidak tahu. Atau menjual barang-barang, nah kalau ini mudah ditebak. Yang saya tahu adanya polah dari pendengung ini maka Medsos bisa menjadi ramai bahkan tidak jarang jadi bahan berita oleh media terbit.

Bahan berita yang hanya berdasarkan pendengung jika pembacanya malas untuk mencari asal berita maka akan berujung pada hoax. Karena memang itu tujuan dari para pendengung, segala berita yang disampaikan olehnya diterima kemudian penerimanya menjadi terpengaruh. Yang berakibat masuk ke dalam lingkaran ide mereka. Demikian hebatkah pengaruh bazer pada kehidupan individu? Jika tataran terpengaruh memang ada tetapi hingga fanatik jika tidak adanya kesamaan ide maka jarang terjadi.

Setiap bazer mempunyai ranah masing-masing hingga ke tingkat influencer. Para influencer inilah yang sangat kuat pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan yang memadai dan mumpuni di bidangnya. Ada yang ahli di bidang politik, ekonomi, budaya, dan lainnya. Acapkali pendapat mereka menjadi rujukan bazer lainnya untuk menuliskan agar seolah-olah mereka mempunyai kapasitas sama dengan pembuat berita awal.

Saya sebutkan saja Denny siregar @Dennysiregar7 yang sangat getol menyuarakan kebenaran tentang pemerintah sehingga seolah-olah Denny orang pemerintah. Terlepas dia dibayar atau tidak namun keberpihakan pada salah satu sisi acapkali mengundang sisi lainnya untuk memberikan pandangan-pandangan yang berbeda pula. Kepiwaian bazer menggalang opini terhadap suatu masalah tidak jarang akan di bawa ke ranah nyata.

Menurut orang yang tidak sepaham dengan denny misalnya Hanum Salsabiela Rais @hanumrais, akan selalu mendungungkan hal yang berbeda dari Denny. Masing-masing mempunyai kutub berbeda seperti sulit untuk ditemukan. Masing-masing pun mempunyai bingkai yang berbeda tentang satu hal. Saya ambil contoh satu kasus yang terbaru masalah insiden penusukan Pak Wiranto.

Hanum menyatakan kalau kejadian itu hanya setingan. Sementara itu dari pihak lain menyayangkan cuitan Hanum. Demikian juga pendukung atau minimial yang sepaham dengan Hanum akan membuat risih pandangan dari pihak Denny. 

Baik Hanum maupun Denny mempunyai bingkai masing-masing. Bingkai yang menurutnya adalah terindah dari lainnya. Pertarungan-pertarungan harusnya dalam satu bingkai yang elegan. Tidak menjurus pada garis-garis merah undang-undang. Demikian seterusnya, selalu akan menjadi ramai di dunia maya.

Siapa yang diuntungkan dengan ramainya suatu berita di ranah dunia maya? itu pastinya twiter, facebook, instagram, dan lain-lainnya... hehehehe. Ibarat olah raga tinju yang membutuhkan wasit ataupun juri untuk menilai hingga bisa menentukan siapa pemenang maka diperlukan juga wasit dari silang beda ide para bazer? Saya yakin anda semua akan tertawa paling tidak akan bilang aneh... Tetapi tidak jadi ya. Karena ternyata ada Pak Polisi, Pak Menteri, dan masyarakat yang membaca siap mengintip dan melaporkan jika suatu cuitan sudah mengarah --ngarah kepada kerusakan. Nah loh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun