Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Phobia

11 September 2019   20:59 Diperbarui: 11 September 2019   21:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Memalukan! " Suara.keras bapaknya. Dan anaknya hanya terdiam tidak menangis. Si gadis masih ngilu saat tadi tangannya dipegang sangat kuat, karena dirinya melawan maka kekuatan bapaknya menjadi berlipat-lipat sehingga dirinya yang kecil seperti terseret. Apalagi setelah sampai rumah ia dilemparkan begitu saja. Ingin melawan tetapi dirinya merasa seperti ayam dihadapan buaya yang tinggal menunggu waktu untuk masuk keperut sang carnivora. Akhirnya ia pilih diam Membisu. Entah berapa banyak kalimat yang diucapkan bapaknya si anak hanya menatap kosong matanya menerawang jauh. Tidak bisa beruara mungkin nafasnya harus ditahan agar tidak terdengar bapaknya. Ia merasakan tubuhnya lama-lama hilang tidak berbentuk sama sekali setara siluet.

Lama-lama kosong pikiran gadis dan ia menikmati ketiadaan dirinya untuk  berkelana mengenang kala sore entah berapa bulan lalu. Saat itu  ia mendengar suara dering telepon suaranya khas waltz nada dering  telepon kesayangan ayah terdengar jelas namun mati kemudian tak lama suara telepon genggam  itu tereengar lagi karena orang tuanya di belakang maka ringtones yang berulang-ulang dan agak keras ridak dipedulikannya hingga ia beranikan diri untuk menerima panggilan itu.

"Hallo sayang,..."Terdengar bunyi manja suara wanita. Kaget si gadis, bukankah ibunya lagi di kebun belakang dengan ayahnya. Mana mungkin ibunya telepon ayahnya. Segera ia reject. Dan cepat ia berlalu dari ruang tamu, takut ada suara telepon lagi.

Tidak lama ayahnya ke ruang tamu dan mengambil telepon genggamnya, kemudian ke teras. Ia lihat ayahnya berbicara lewat telepon. sejurus kemudian ia dipanggil ayahnya.

"Kamu tadi yang menjawab telepon?" Gadis itu hanya diam merunduk takut. Ia paham betul ayahnya seorang petugas keamanan yang temperamental mudah menjatuhkan tangan. Bahkan ibunya pun sering kena pukul, kena tendang dan ketika marah benda-benda di rumah dilemparkannya berhamburan dan melayang.

"Ingat kalau sekali lagi berani pegang telepon ayah!" Ancamnya.

Sejak itu ia gemetar kalau.ada suara telepon, meskipun telepon dari ayahnya, ibunya, kakeknya, teman-temannya,  atau sekedar bunyi suara telepon dari televisi yang besuara senada milik ayahnya.

Pagi cerah, udara sangat segar tanah pun gembira setelah semalam dibasuh hujan. Si gadis tengah duduk di teras beristirahat setelah menata tanamannya, tiba-tiba ada telepon di meja sampingnya ia gemetar. Namun entah dari mana datangnya kekuatan ia angkat telepon dan ditekannya tombol jawab.

"Halo sayang, lama banget ngangkatnya...." Suara itu lagi, dari seorang wanita yang diterimanya lewat telepon ayahnya kala itu. Sebelum kekuatannya kembali untuk meletakkan telepon ke tempat semula tiba-tiba duk dak duk duk...ia rasakan keras sekali ada benda sangat kuat dihantamkan ditengkuk dan kepalanya kemudian semuanya gelap. Hanya suara nada dering telepon waltz memenuhi otaknya dan membuatnya terus gelap gelap menggigil dan jatuh ke lubang tanpa dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun