Mohon tunggu...
Nurul Apriany
Nurul Apriany Mohon Tunggu... Guru - Posting berbagai jenis teks

Saya merupakan alumni mahasiswa IPI Garut dan salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Islam Al-Jauhari dan SMK Santana 2 Cibatu, yang bertempat di Kabupaten Garut.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membaca dan Terbaca

25 Juni 2021   06:32 Diperbarui: 25 Juni 2021   06:55 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seringkali terdapat fenomena yang membuat hati merasa sedih, tatkala siswa SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa dapat membaca tapi tidak dapat memahami isi bacaan. Fenomena demikian, kerap terjadi dalam dunia pendidikan. Siswa yang disuguhkan bahan bacaan hanya mampu sebatas membaca tanpa mampu memahami. Padahal membaca adalah satu dari lima aspek keterampilan berbahasa yang mesti dimiliki oleh setiap pengguna bahasa.

Membaca itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melihat rentetan huruf yang ditulis pada kertas, kemudian setelah dilihat, informasi tersebut disampaikan ke otak untuk diterjemahkan, sehingga hasil akhirnya dapat memahami isi bahan bacaan tersebut. Namun, pada kenyataannya hal demikian sukar sekali dilakukan. Siswa mengalami banyak gangguan baik itu di dalam dirinya maupun di luar dirinya ketika sedang membaca, dampaknya siswa hanya melihat tapi tak memahami bahan bacaan tersebut.

Terdapat banyak faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal dari bacaan. Sebagai suatu kegiatan penting tentunya membaca harus menjadi keterampilan setiap orang. Dalam hal ini akan dibahas faktor eksternal dalam kegiatan membaca. Faktor eksternal pun banyak sekali salah satu yang akan dijelaskan mendalam adalah berkenaan dengan bahan bacaan.

Bahan bacaan memiliki peranan penting dalam kegiatan membaca. Bahan bacaan yang baik adalah bahan bacaan yang dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan jenjang usianya. Dampaknya, tidak akan ditemui pembaca tingkat bawah yang mengalami kesulitan memhami bahan bacaan sebab bahasa (stuktur kalimat, jenis kalimat, kosakata) yang digunakannya terlalu rumit atau terlalu tinggi. Melalui bahan bacaan yang baik, tentunya pembaca akan mudah memahami bahan bacaan sebab komponen di dalamnya sesuai dengan kemampuannya. Hal tersebut pun sudah dilakukan oleh sebagian pihak, missal pada bagian belakang buku fiksi maupun nonfiksi terdapat jenjang yang dituju seperti untuk anak-anak, remaja, dewasa, umu, dan lain-lain. Tentunya hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi pembaca.

Kenyataan lain, justru terjadi dalam dunia pendidikan. Soal-soal untuk ujian yang biasanya dibuat oleh pihak tertentu atau pihak lain yang dimandatkan terkadang tidak sesuai dengan jenjang yang dituju. Hal tersebut dapat terlihat dari komponen bahan bacaan yang tidak sesuai, bahkan mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan usianya, seperti unsur syara, pornografi, dan lain-lain. tentunya hal tesebut tidak sesuai dengan ketentuan penulisan bahan bacaan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di tersebut, terdapat fomula keterbacaan. Formula keterbacaan tersebut digunakan untuk menilai kelayakan sebuah bahan bacaan dihubungkan dengan jenjang pendidikan tertentu. Terdapat tiga fomula keterbacaan, yaitu grafik fry, cloze test, dan SMOG. Ketiga formula tersebut dapat digunakan untuk mengkaji kelayakan sebuah bahan bacaan.

Melalui digunakannya formula keterbacaan, akan diketahui kelayakan bahan bacaan dihubungkan dengan jenjang pendidikannya. Tentunya hal tersebut akan memudahkan guru maupun siswa di sekolah dalam memahami bahan bacaan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun