Mohon tunggu...
Nurul Annisa
Nurul Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hubungan Antara Kebiasaan Mengkonsumsi Junk Food dengan Obesitas

19 Mei 2023   14:13 Diperbarui: 19 Mei 2023   14:22 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Junk food merujuk pada makanan yang memiliki kandungan nutrisi rendah dan kandungan kalori tinggi. Makanan ini umumnya kaya akan lemak jenuh, gula, garam, dan bahan tambahan makanan yang tidak sehat. Junk food sering kali diproses secara intensif dan mengandung sedikit serat, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh. 

1. Beberapa contoh makanan junk food antara lain: 

  • Makanan cepat saji (fast food): seperti burger, kentang goreng, pizza, dan nugget. 
  • Camilan manis: seperti permen, cokelat, kue-kue yang tinggi gula, donat, dan es krim. 
  •  Camilan asin: seperti keripik kentang, keripik tortilla, keripik jagung, dan makanan ringan yang diasinkan.
  • Minuman bersoda: seperti minuman bersoda berkarbonasi, minuman energi, dan minuman manis lainnya.
  • Makanan olahan: seperti makanan kalengan, mi instan, sosis, daging olahan, dan makanan beku yang tinggi lemak dan sodium.

 Definisi junk food sering kali dikaitkan dengan makanan yang rendah gizi dan berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Pola makan yang tinggi junk food dan rendah nutrisi yang seimbang dapat meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan lainnya. Penting untuk membatasi konsumsi junk food dan menjaga pola makan sehat dengan memprioritaskan makanan bergizi tinggi.

 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengonsumsi Junk Food

  •   Ketersediaan dan Aksesibilitas: Ketersediaan yang mudah dan aksesibilitas yang tinggi terhadap junk food dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan mengonsumsinya. Ketersediaan toko makanan cepat saji, gerai camilan di sekitar area perkotaan, dan penempatan produk junk food di rak-rak depan di supermarket membuatnya lebih mudah dijangkau dan mempengaruhi keputusan konsumen.
  •  Promosi dan Iklan: Promosi agresif dan iklan yang intensif dari industri makanan, terutama yang ditujukan kepada anak-anak dan remaja, dapat mempengaruhi kebiasaan mengonsumsi junk food. Iklan yang menarik, tokoh selebriti, dan promosi diskon seringkali digunakan untuk meningkatkan daya tarik dan permintaan terhadap junk food.
  •  Pengaruh Teman dan Lingkungan Sosial: Lingkungan sosial, termasuk teman sebaya, keluarga, dan budaya di sekitar individu, dapat mempengaruhi kebiasaan mengonsumsi junk food. Jika keluarga atau teman-teman sering mengonsumsi junk food, individu cenderung mengikuti pola makan yang serupa.
  • Harga dan Ketersediaan Alternatif: Harga yang terjangkau dari junk food dibandingkan dengan makanan sehat dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kebiasaan mengonsumsinya. Terkadang, makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran segar mungkin tidak tersedia atau lebih mahal, sehingga membuat junk food menjadi pilihan yang lebih mudah dan terjangkau.
  • Rasa dan Kenikmatan: Makanan junk food sering kali dirancang untuk menghasilkan sensasi rasa yang nikmat dan memuaskan. Tingginya kandungan lemak, gula, dan garam pada junk food dapat menciptakan kecanduan rasa tertentu, yang mempengaruhi kebiasaan mengonsumsinya.
  •  Gaya Hidup Sibuk: Gaya hidup yang sibuk dan kurangnya waktu untuk memasak makanan sehat dapat membuat individu lebih cenderung mengandalkan makanan cepat saji dan camilan instan yang praktis.
  •  Pendidikan dan Kesadaran: Tingkat pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya pola makan sehat dapat mempengaruhi kebiasaan mengonsumsi junk food. Individu yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang efek negatif junk food pada kesehatan mungkin lebih mampu mengambil keputusan yang lebih baik dalam memilih makanan. 

Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi kebiasaan mengonsumsi junk food seseorang. Penting untuk mengenali faktor-faktor ini dalam upaya mengubah perilaku makan menuju pilihan yang lebih sehat. 

Obesitas dan Penyakit yang Terkait Obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Kondisi ini terjadi ketika asupan kalori melebihi pengeluaran energi tubuh dalam jangka waktu yang lama. Obesitas memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan dan dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit serius. Beberapa penyakit yang terkait dengan obesitas antara lain:

 1. Penyakit Jantung: Obesitas merupakan faktor risiko utama dalam perkembangan penyakit jantung, termasuk penyakit arteri koroner, penyakit jantung iskemik, dan gagal jantung. Lemak berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kolesterol tinggi, dan resistensi insulin, yang dapat merusak fungsi jantung.

 2. Diabetes Tipe 2: Obesitas dikaitkan secara erat dengan diabetes tipe 2, suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif atau tidak dapat memproduksi cukup insulin. Lemak berlebih dalam tubuh dapat mengganggu pengaturan gula darah dan meningkatkan risiko resistensi insulin. 

3. Hipertensi: Obesitas merupakan faktor risiko utama dalam pengembangan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Lemak berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan peningkatan produksi hormon dan zat kimia yang mempengaruhi tekanan darah. 

4. Sleep Apnea: Obesitas dapat menyebabkan sleep apnea, yaitu gangguan pernapasan saat tidur. Penumpukan lemak di sekitar leher dan dada dapat menghalangi saluran napas dan menyebabkan gangguan pernapasan yang berulang selama tidur. 

5. Kanker: Beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, usus besar, endometrium (rahim), dan prostat, memiliki hubungan yang kuat dengan obesitas. Lemak tubuh yang berlebih dapat menghasilkan hormon dan zat kimia yang dapat memicu pertumbuhan selsel kanker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun