Oleh:
Nur Chotimah, S. pd., M. Hum
(CAKRAWALA)
Perkembangantekhnologi komunikasi saat ini sudah membanjiri semua jenis lini kehidupan. Penggunaan gawai bukan lagi menjadi indikator orang kaya atau orang modern. Hampir setiap orang merasa 'butuh' dan dimudahkan hidupnya dengan gawai, sadar atau tidak sadar.Â
Gawai sudah menjadi kebutuhan dasar hidup untuk tetap 'survive' di era saat ini, meski tidak harus memiliki atau menggunakan sendiri, terutama bagi orang tua yang tidak mau repot.Â
Golongan ini mendapat manfaat gawai melalui anak atau cucunya. Hal ini bisa menegaskan bahwa gawai membawa manfaat bagi semua lapisan masyarakat di semua bidang aspek kehidupan manusia.
Ada pendapat yang pro dan kontra tentang pemanfaatan gawai ini. Hal ini sangat bisa diterima karena ekses dari pemanfaatan gawai banyak disalahgunakan dan terbukti telah banyak memakan korban. Tidak heran seorang tokoh pendidikan dengan jam terbang tinggi, yaitu Bapak Haidar Bagir sampai mengusung sekolah antigadget. Isu ini sangat menantang dan tentu didasari dengan pikiran yang matang.Â
Beberapa PTN favorit, dengan pertimbangan khusus, mengharuskan mahasiswanya mengumpulkan tugas dengan tulisan tangan. Sebagai guru dengan masa kerja diatas 30 tahun, sering merasa miris ketika membaca karangan siswa ternyata hanya kopas dari internet.Â
Begitu juga sudah banyak kasus anak-anak usia sekolah yang kecanduan game on line sampai lupa makan, mandi, belajar, bahkan ada yang sampai meninggal dunia keasyikan main game.Â
Banyak sekali dampak negatif dari penggunaan gawai yang tidak dikendalikan dengan benar. Di bidang pendidikan pemanfaatan gawai harus disikapi dengan cerdas, bijak, dan kewaspadaan yang tinggi agar tidak menjadi bumerang.
Gawai dengan beragam fitur yang memanjakan si pengguna untuk menjelajah dunia maya, bagaimanapun juga tidak bisa serta merta ditutup aksesnya, dengan kalimat larangan 'Dilarang menggunakan gawai!'.