Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Copet dengan Modus Pinjam Pulpen

14 September 2018   08:45 Diperbarui: 14 September 2018   09:11 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hati-hati buat teman-teman yang sedang berada di tempat ramai seperti instansi pelayanan publik. Sekadar berbagi pengalaman, kemarin siang 13 September 2018, kira-kira pukul 13.30 WIB saat saya mengambil perpanjangan suket/resi KTP-el di Kecamatan Medan Denai.

Saya sampai di sana pukul 13.00 WIB, pelayanan buka kembali pukul 13.30 WIB. Rentang waktu setengah jam saya gunakan untuk mengetik di HP. Posisinya saya memegang smartphone dengan duduk memeluk tas. Memang tas saya tidak diresleting penuh. Kebetulan membawa laptop sehabis dari pelatihan e-learning di kampus.

Ada tiga benda yang menyerupai dompet di dalam tas saya. Yang pertama memang dompet berisi sejumlah uang beserta kartu-kartu penting, kedua tempat pensil berisi flashdisk yang juga penting, dan yang ketiga, dompet berukuran sedang bawaan tas. Isinya sisa ATK yang tidak muat dalam tempat pulpen, seperti lem kertas, hekter (staples), penggaris dan lain-lain.

Saya duduk di pinggir kursi tunggu dekat dengan loket. Ada seorang ibu-ibu sepertinya guru, sedang berdiri membaca-baca pengumuman di dinding sebelah loket. Melihat saya merapatkan duduk di dekat pegangan tangan kursi besi, ibu yang berdiri tadi pun duduk di sebelah kanan saya. Ada seorang perempuan (nanti ciri-cirinya bisa inbox/WA saya), yang duduk di sebelahnya ibu itu lagi. Ada juga seorang laki-laki di sampingnya, sepertinya mereka saling kenal.

Baru mengetikkan dua paragraf, tiba-tiba perempuan yang duduk di sebelah kanannya ibu tadi, meminjam pulpen ke ibu itu. "Waduh, saya gak bawa pulpen, kebetulan ganti tas yang gak ada pulpennya," jelas terdengar oleh saya sebab hanya berbeda satu tempat duduk dari saya. "Mungkin ibu ini punya." Sambungnya lagi sambil menoleh ke arah saya. Ibu pinjam pulpennya, boleh?" Tanpa prasangka apa-apa saya mengeluarkan dompet coklat yang serupa dengan warna tas, dan mengulurkan alat tulis merk Faster itu ke perempuan di sebelah ibu itu.

"Kak, nanti saya juga pinjam ya, pulpennya." Kata si ibu ke perempuan yang sedang menulis-nuliskan sesuatu. Sekilas saya melirik seperti suket hilang dari polsek. Apa yang dituliskan di sana?, pikir saya heran. Tapi saya tak ambil peduli, kembali mengetik-ngetik. Saat pulpen berpindah tangan ke si ibu, ia tampak menggarisbawahi fotokopi identitasnya. Saya heran juga, untuk apa? Bukankah di kantor ini orang hanya datang dan pergi. Aktivitas memberikan dan menerima berkas saja. Paling memparaf tanda terima yang pulpennya telah disediakan petugas.

Tepat pukul setengah dua loket dibuka kembali dan saya langsung menjadi orang pertama. Setelah menerima suket, kebetulan pena si bapak petugas tidak berada di tempatnya. Maka saya meminta pulpen yang dipinjam perempuan dan ibu tersebut. Hanya tampak ibu tadi saja, sambil ikut mencari-cari kemana peminjamnya. Aneh, beberapa saat lamanya baru ia ketemu lagi dengan saya, mengembalikan pulpennya. Bahkan saya menandatangani tanda terima suket memakai pulpen bapak petugas, saking lamanya si perempuan itu menjumpai saya.

Untungnya tas berisi laptop dan dompet betulan yang berisi uang, tetap saya kekep meski konsentrasi terpecah sebab insiden pengembalian pulpen. Selesai urusan saya bergegas pulang, mengingat suhu badan si bungsu menghangat terus dua hari ini. Menuju parkiran saya berpapasan dengan perempuan peminjam pulpen.

Wajahnya masam, tanpa senyum seulaspun. Normalnya, kalau saya jadi dia, meminjam pulpen trus (pura-pura) lupa mengembalikan, pasti paling tidak saya tersenyum. Tak usah untuk meminta maaf, minimal beberapa menit yang lalu menandakan kami pernah berinteraksi.

Saya menyadari dompet penampung sisa ATK itu hilang, saat tengah malam ingin menyelesaikan tugas-tugas penulisan. Sempat deg-degan takutnya ada kartu ATM saya taruh di sana. Saya periksa ulang semua kartu-kartu penting, Alhamdulillah ada di dompet, aman semuanya.

Saya yakin entah ia berkomplot dengan ibu tadi, sendiri, atau bekerjasama dengan teman lelakinya, yang jelas sedikit banyaknya mereka telah berhasil membuat saya tidak fokus. Memanfaatkan situasi masing-masing orang yang sedang diburu waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun