Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Laki-laki Memang Berbeda

12 Juni 2018   22:20 Diperbarui: 12 Juni 2018   23:15 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak lama sesudah shalat Ashar  tadi adik sepupu mengajak anak laki-laki saya  pergi menemaninya hunting kemeja buat lebaran. Berhubung kediaman kami tak begitu jauh dari pusat perbelanjaan, suami saya mengizinkan saja. Paling sebelum buka puasa mereka sudah kembali, pikir suami.

Saat bedug maghrib tiba dan kami berbuka puasa bersama, remaja tujuhbelas tahun dan anak usia sepuluh tahun itu belum kunjung tiba. Saya mengirim pesan Whatsapp ke adik sepupu, no respons. WA call dan video juga nihil, tidak diangkat. Kirim pesan Facebook juga sama. Telepon ke no HP-nya yang satu lagi tidak dibalas. Saya langsung berpikir macam-macam. Jangan-jangan mereka jadi korban tabrak lari lalu sepeda motor matic dan ponselnya diambil orang. 

Tenang dulu, kata suami. Jangan panik. Makanlah, kan buka puasa tadi baru minum dan mencicipi makanan takjil. Saya tak mengindahkan ucapan suami. Pikiran saya tertuju pada putra nomor dua yang pergi tadi tak membawa bekal apapun untuk buka puasa. Mengenakan sepotong kaus oblong, celana bahan dan sandal baru beli kemarin,  yang ia tak sabar ingin segera memakainya sebelum Idul Fitri. 

Kembali saya menghubungi semua media komunikasi adik sepupu. Mengapa tak ada jawaban? Please, balas WA saya. Ayolah, respons messenger saya. Air mata mulai menggenangi pelupuk mata. Cemas, risau dan khawatir sekali terjadi apa-apa. Mengingat si nomor dua ini termasuk kategori anak rumahan. Keluar hanya untuk pergi sekolah dan madrasah di sore hari, selebihnya keluar bersama-sama kami sekeluarga.

Melihat saya sangat gelisah, suami pun mencoba menghubungi nomor sepupu. Benar, tidak diangkat. Kemudian diputuskan mencari mereka ke tempat yang dimaksud. Beberapa saat suami keluar rumah, tibalah sepupu bersama anak saya dengan tersenyum. 

Setelah mengucap salam mereka bercerita bahwa tadi buka puasanya di toserba terwaralaba dekat rumah dan shalat di mesjid tak jauh dari sana juga. Saya lalu menjelaskan meskipun tidak pergi jauh mereka tetap harus memberitahu kami di rumah. Agar tak timbul prasangka macam-macam. 

Di tempat terpisah suami saya menyampaikan, bahwa menghadapi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Mestinya saya tak terlalu cemas, biasa saja. Di masa depannya, bocah laki-laki akan menjelma menjadi lelaki dewasa yang harus memiliki jiwa pemberani. Jika sedikit-sedikit dilarang, justru malah kontraproduktif bagi fitrahnya sebagai pria. 

Kelak ia akan menjadi imam bagi keluarganya. Kepala di kantornya, mungkin pimpinan bagi proyek pekerjaannya. Atau menjadi ketua di unit kerjanya. Dituntut mempunyai kecakapan, kreativitas dan ekspansif dalam menjalankan kewajibannya. Jika sedari kecil ia dikekang atau malah "dikerangkeng" dikhawatirkan di masa mendatang ia menjadi pribadi yang penakut,  miskin inovasi, tak berani mencoba segala kemungkinan yang mendatangkan hal-hal positif bagi diri dan keluarganya.

Saya setuju, anak laki-laki memiliki fakta otak yang berbeda dengan anak perempuan. Selain fisik, kecenderungan dan kebutuhannya pun tak sama. Namun yang saya tekankan hari ini adalah kemana pun ia pergi, selama masih dalam pengawasan kami sebagai orang tuanya, wajib memberitahukan posisinya dimana. Apalagi sampai pulang telat tanpa mengonfirmasikan keberadaannya. Tak lupa saya menegur adik sepupu sebab ia berusia lebih tua dari anak saya, mestinya lebih bijak berperilaku.

Ah, putraku... cepatnya engkau tumbuh besar. Tak terasa sudah sepuluh tahun. Kedepannya usia yang sudah terdiri dari dua angka itu akan melesat terus dan dirimu pun mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis. Semoga di saat itu nantinya kami sudah memiliki ilmu yang memadai dalam mendidik anak laki-laki. Agar kau menjadi pemimpin yang tangguh di masamu, paling tidak bagi keluargamu sendiri.

Salam literasi

Medan, 12 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun