Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Inspirasi Bagi Para Istri, "Hadiah" Dari Wulan Darmanto

16 Maret 2018   22:18 Diperbarui: 21 Maret 2018   08:23 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dok. Pribadi

Sudah tiga hari buku cantik ini tiba di rumah saya. Begitu sampai, langsung menjadi menu me time saya sambil ngeloni si bayi sembilan bulan kami. Langsung saja buku berjudul Drama Cinta, Ketika Rumah Tangga Tak Seindah Surga itu, habis saya lalap. Sebelumnya saya salah satu pembaca setia tulisan-tulisan yang diposting Dik Wulan ini di akun Facebook-nya. Koq dik? Lha iya, wong kuliahnya angkatan 2001 di UNS. Trus, jadi sok akrab, gitu? 

Ada ceritanya sih... kurang lebih tujuhbelas tahun yang lalu saya dan teman-teman yang kebetulan aktif di kegiatan Musala Baitul Hakim Fakultas Hukum UGM, yang berhimpun dalam organisasi internal fakultas (Keluarga Muslim Fakultas Hukum UGM), memiliki proker Silaturahmi ke UKMI/Rohis UNS. Maka jadilah di tahun dua ribuan kami berkunjung ke Surakarta. 

Nah, waktu ber-Whatsapp dengan Mbak Wulan ini saya menanyakan, apakah di tahun itu Mbak Wulan sudah menjadi mahasiswa di UNS. Syukurnya beliau merespon WA saya -orangnya baik hati dan tidak sombong- dan menyebutkan angkatannya tahun 2001. Wah, saya tambah salut, melihat yang lebih muda usia namun perenungannya terhadap suatu masalah itu dalam sekali. Pas kena di hati, kalau katanya Cita Citata.

Menurut saya buku barunya Wulan ini -duh, sok kenal banget ya saya, hehe- sangat bijak dalam memberikan argumentasinya mengenai topik-topik perselingkuhan dan poligami yang praktiknya kerap salah kaprah. Meski ada juga beberapa yang emosional, terutama  pada Bab 20 yang sempat viral di medsos itu, namun masih dalam kadar wajar saja. Malah amat mewakili suara nurani para istri. Saya rasa pastinya banyak inspirasi bertebaran dari awal sampai akhir buku tentang rumah tangga ini. Meski demikian, bab pertama kali yang saya buka dengan tidak sabar adalah... bab tujuh!

Ada apa dengan Bab 7? Tentang LDM, yup, Long Distance Marriage alias LDR kata anak zaman now. Sebenarnya baik saya pribadi maupun suami merasa biasa-biasa saja dengan kondisi kami yang LDM ini. Cuma agak ke belakang, berhubung kami pun pengguna medsos yang aktif, banyak melihat bersama linimasa dipenuhi oleh gonjang-ganjing tentang pelakor. Manusiawilah kalau kami menjadikannya pembahasan juga. 

Di tulisan Wulan tentang LDM itu, ia mengukir tiap kalimatnya dengan empati sekali dan sama sekali tidak menghakimi sutri yang sedang LDM. Karena pastilah jika ditanya ke pasangan LDM manapun, tidak ada yang ingin terus menjalani cinta jarak jauh ini berlama-lama. Selalu ada alasan yang telah dimusyawarahkan matang-matang. Wulan menukil postingan Facebook-nya yang juga populer, tentang kisah Alma dan Taqy yang cukup nge-hits beberapa waktu lalu. Saya tidak fokus ke sana, namun ada kata-kata yang sampai saya stabilo saking tersentuhnya.

Wulan menuliskan, bahwa pasangan yang tertakdir untuk menjalani pernikahan jarak jauh, jangan khawatir dan surut langkah. Meskipun berat namun tetap bisa dijalani jika kedua belah pihak memiliki visi misi dan koneksi batin di frekuensi yang sama. Sebab satu-satunya yang menguatkan pasangan di saat jauh adalah keterikatan batin. 

Menurut saya seratus persen ini benar. Saya merasakan sendiri bagaimana menghadapi situasi sulit sementara suami berada nun jauh di kota lain. Anak sakit, pipa PDAM patah, sekring listrik minta diganti, sementara ART sudah pulang. Tetangga kanan dan kiri sudah tutup pintu, ingin minta tolong malah sungkan, khawatir mengganggu. Tapi Alhamdulillah sejauh ini saya mampu melewatinya. Meski bolak-balik teleponan dengan suami untuk mencari solusi sementara, menunggu ia pulang setiap akhir pekan, akhirnya kesulitan demi kesulitan itu dapat diatasi.

Lain hari saat saya dan suami LDR (Lelah Dilanda Rindu) saling kangen, saya berniat video call dengannya. Uniknya, malah suami duluan yang video call saya. Dan ini kerap terjadi. Mungkin inilah yang diistilahkan istrinya Pak Didik Darmanto ini dengan koneksi batin di frekuensi yang sama. Semacam ada ikatan batin yang sangat kuat di antara kami. Pasangan kita memang tak selalu bersama, namun ia tetap ada dan selalu terhubung dengan kita, tulisnya lagi. Yes, memang demikian yang saya rasakan. Jauh di mata namun dekat di hati.

Bab LDM itu ditutup dengan kata-kata indah, bahwa pasangan yang sedang LDM bukan berarti tidak beruntung. Keberuntungan dalam pernikahan tidak terdapat pada jarak yang membentang, melainkan dalam kebahagiaan dan keharmonisan. Pasangan LDM sangat bisa dan layak untuk bahagia. Saya pun tersenyum membaca akhir bab ini. Satu lagi, bab penutup, Bab 21, Untukmu Yang Punya Suami Penyayang. 

Meski Wulan mencantumkan di akhir tulisannya bahwa bab terakhir itu merupakan sebuah pesan untuk dirinya, namun amat sangat mengharu biru sekaligus memotivasi saya pribadi. Anggun sekali cara menyampaikannya. Terima kasih telah berbagi semangat memperbaiki diri. Wulan Darmanto, teruslah menginspirasi kami para istri ini. 

Salam literasi

Medan, 16 Maret 2018

  

   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun