Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis tentang Menulis

26 Desember 2017   02:46 Diperbarui: 26 Desember 2017   04:16 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: writeathome.com

Menulis bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang amat menarik. Sampai menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Menjadi identitas kedirian seseorang yang disebut penulis. Ada yang menulis karena hobi, menyalurkan kreativitas, mengisi waktu luang, bahkan bisa berpenghasilan dari bidang kepenulisan ini.

Saya sedikit tergelitik menuliskan hal ini dengan tak mengurangi rasa hormat yang sebesar-besarnya pada para guru menulis yang telah mengajarkan saya ilmu kepenulisan sejauh ini. Menurut saya, secara substansi yang dituliskan, ada dua tipe penulis. Pertama, penulis soal menulis. Kerap dijumpai, orang menuliskan kembali tentang cara menghasilkan sebuah tulisan. Membuat langkah-langkah rinci mengenai teknik menulis, agar menjadi bacaan yang apik dikonsumsi orang. 

Tipe ini bagus-bagus saja. Berbagi ilmu cara menulis, menebarkan "virus" literasi agar semakin banyak orang suka menulis. Tentunya jika ingin menuliskan sesuatu, maka membaca menjadi suatu keharusan. Maka secara tak langsung, mengajak khalayak ramai untuk suka menulis, mendongkrak minat baca. Hal ini satu kontribusi yang sangat baik bagi bangsa secara keseluruhan, mengingat rendahnya minat baca orang Indonesia menurut hasil survey UNESCO tiga tahun yang lalu.

Tipe kedua, penulis isu-isu aktual. Setiap bergulir persoalan mutakhir di media sosial, mereka ikut memviralkannya dengan membuat tulisan mendukung atau menolak sesuai landasan konseptual yang dimiliki masing-masing. Memang sejak lama diindentifikasi bahwa menulis sebenarnya adalah salah satu cara berlaga dalam alam pemikiran. Menulis sebagai sebuah pertarungan ideologi. 

Saya salah satu penikmat tulisan-tulisan sejenis. Mereka sungguh tanggap menangkap momen, merangkai isu yang lagi ngehits -istilah gaul zaman sekarang-, dan menganalisisnya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ada yang berlatar belakang profesi dokter, pengusaha, jurnalis dan sebagainya. Terlepas dari fakta bahwa ada juga penulis tentang 'trending topic' ini merupakan penulis bayaran, yang menulis berdasarkan pesanan pihak tertentu. Tapi saya salut dengan kepedulian dan 'fast response'-nya.

Ada beberapa tujuan menulis yang baik untuk diikuti, saya rangkum dari beberapa penulis yang tak jarang saya baca tulisannya. Membaca dan menulis untuk mengikat makna, kata Hernowo, penulis puluhan buku 'best seller'. Bahkan saking dahsyatnya efek menulis, dapat menjadi terapi diri. Menulis itu berbagi, kata Darwis Tere Liye, novelis laris yang kumcer Sepotong Hati-nya berhasil meneteskan air mata pembaca. 

Menulislah untuk ikut menebarkan kebaikan, demikian Asma Nadia, founder grup menulis KBM, penulis dan inisiator kumpulan kisah Catatan Hati Seorang Istri sampai diangkat ke layar kaca. Senada pula dengan Ida Fauziah, pendiri Sekolah Perempuan, harus meluruskan niat dahulu bahwa menulis itu untuk kebaikan. Cahyadi Takariawan menegaskan bahwa menulis itu mengasah kepekaan terhadap lingkungan dan dapat membahagiakan hati.

Putu Wijaya, sastrawan serbabisa yang lebih dikenal sebagai penulis skenario film berpesan pada Helvy Tiana Rosa, pendiri FLP, "menulis itu berjuang." HTR sendiri membuktikan lewat banyak kumcer epiknya tentang Palestina, misalnya, bahwa ia berjuang lewat tulisan. 

Menulis itu mewariskan ide atau gagasan, kata Ibnu Wahyudi, sastrawan, dosen FIPB UI, yang secara konsisten rajin menulis sajak setiap hari. Menulis adalah kebutuhan dan semestinya menjadi budaya dosen, kata Ngainun Naim, doktor di IAIN Tulungagung, yang banyak menginspirasi soal menulis.

Demikian pula Nurmala Ahmar, yang artikel ilmiahnya telah banyak terindeks Scopus dan SINTA Ristekdikti ini. Jangan lupa, pesan dosen STIE Perbanas Surabaya ini, menulis untuk kepentingan akademik harus berujung pada publikasi ilmiah, baik di jurnal nasional terakreditasi, maupun jurnal internasional  bereputasi.

Saya sendiri sangat menikmati proses menulis ini. Bersama rekan-rekan, belajar tumbuh bersama, menghasilkan tulisan demi tulisan. Dikoordinasi oleh Dr. Amie Primarni, founder grup FB Dosen Menulis, saya bertemu lewat tulisan dengan rekan Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis, yang teratur menulis tentang motivasi menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun