Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Belajar Lagi Dan Lagi

18 November 2017   20:29 Diperbarui: 19 November 2017   15:40 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat malam saya bersiap-siap mengikuti Kelas Menulis Efektif yang diselenggarakan Dr. Amie Primarni dengan narasumber Bapak Ibnu Wahyudi. Adapun Pak Ibnu, demikian kami peserta kelas menyapanya, adalah dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI, sejak tahun 1986 sampai dengan sekarang. Beliau telah banyak menelurkan karya tulis dari dulu hingga saat ini.   

Sebelum kelas dimulai saya membaca dan memahami materi narasumber yang softcopy-nya dibagikan Bu Amie di Channel Telegram Materi Menulis Efektif. Mengenai pentingnya memiliki tulisan sendiri. Berbeda dengan karya lisan yang mudah hilang dimakan waktu, karya tulisan bahkan dapat diwariskan. 

Jika dicetak dan dipublikasikan secara massal, ia akan ajeg dan terjaga bentuk aslinya. Saya jadi teringat kata-kata Pramoedya Ananta Toer, "orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah untuk keabadian."

Ada akronim menarik yang saya dapatkan dari materi itu. Agar tulisan efektif dan tidak "menyiksa" pembacanya, tulisan harus ENAK. Efektif, Nikmat/Nyaman, Akurat dan Konsisten. Wow, sederhana, mudah diingat, "powerful"! 

Saya jadi semakin bersemangat menulis setiap hari. Meski dengan keterbatasan waktu, mengingat jadwal kerja-kerja Tri Dharma perguruan tinggi yang cukup padat di kampus tempat saya bertugas, saya usahakan "one day one post." Belum lagi amanah saya di rumah, sebagai ibu dua pasang anak, dan yang paling kecil masih berusia lima bulan. 

Karena sudah menganggap menulis adalah "me time" bagi saya, rasanya menyenangkan saja. Menulis bukanlah suatu beban yang menjadi bahan keluh kesah. Justru menulis menjadi suatu cara menjaga perasaan tetap bahagia. 

Untuk merawat semangat itu, maka saya tak bosan-bosannya belajar terus. Ini kelas online ketiga yang saya ikuti. Pertama kali saat cuti melahirkan lalu di bulan Agustus. Yang kedua dan ketiga, diselenggarakan Bu Amie. 

Tak ada alasan untuk tak belajar. Ibarat daun, lebih baik selalu merasa hijau. Jika terlalu cepat kuning, maka yang terjadi selanjutnya adalah ia akan layu. Jatuh melayang ke tanah bersama dedaunan busuk di bawah sana. 

Belajar terus, belajar lagi dan lagi. "Lifelong learning", demikian UNESCO mengistilahkannya. Peningkatan kualitas diri yang tak mengenal batasan usia. Pembelajaran seumur hidup yang juga terdapat di dalam pendidikan Islam, yang dikenal dengan "tarbiyah madal hayah."

Salam literasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun