Mohon tunggu...
Nurudin Sidiq Mustofa
Nurudin Sidiq Mustofa Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Filmmaker/Master Student on Film Studies

Passionate in film, especially in film writing and critique.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Emansipasi Kartini Sama dengan Feminisme?

21 September 2022   09:36 Diperbarui: 28 September 2022   22:15 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Setiap tahunnya di tanggal 21 bulan April, kita memperingati hari kelahiran Raden Adjeng Kartini. Dia dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Dalam bukunya yang berjudul Door Duisternis Tot Licht, Kartini prihatin dan gelisah hatinya melihat wanita jawa terkungkung adat sedemikian rupa. 

Dia menginginkan hak pendidikan untuk kaum wanita sama dengan laki-laki. Akhirnya dia didaulat sebagai tokoh emansipasi wanita di Indonesia. Tetapi apakah emansipasi kartini sama dengan feminisme barat?

Baca juga: Apa itu Feminisme?

Tentu saja, pemikiran Kartini berkiblat pada feminisme dan liberalisme barat yang mengagungkan kebebasan, tetapi dia tetap melandasi pemikirannya dengan islam sehingga dia tidak begitu mendambakan kebebasan perempuan. Kartini hanya ingin agar wanita jawa memperoleh pendidikan sehingga kelak mereka bisa mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang berkualitas. Tidak Lebih. 

 Emansipasi Kartini ialah untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat bagi kelompok yang tidak diberi hak secara spesifik. 

Dalam hal ini adalah kaum perempuan jawa yang terkungkung feodalisme dan dilarang berpendidikan. Walaupun apa yang ia perjuangkan mirip dengan feminisme, tetapi Kartini bukanlah seorang feminis. 

Feminisme baginya hanya sebatas wacana yang bergejolak yang dia dapat dari waktu dia sekolah di sekolah belanda dan korespondensi dengan teman-teman eropanya.

 Emansipasi Kartini bukanlah feminisme. Emansipasi Kartini lebih menekankan kepada kodrati perempuan, tetapi dengan persamaan hak politik dan hak-hak lain serta menghapuskan penindasan kaum laki-laki kepada perempuan. 

Emansipasi Kartini bukan feminisme yang memperjuangkan kesetaraan kedudukan laki-laki dan perempuan yang menjurus pada pengakuan politik dan mengaburkan tugas dan fungsi masing-masing gender secara kodrati. 

(Terinspirasi dari buku habis terang terbitlah gelap dan panggil saja aku kartini Pramoedya Ananta Toer)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun