Mohon tunggu...
Nurul Kartikaningsih
Nurul Kartikaningsih Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Menebar manfaat dan kebaikan lewat tulisan. Insya Allah..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bung Tomo, Arek Suroboyo yang Heroik

30 Oktober 2012   02:33 Diperbarui: 4 April 2017   17:04 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di samping 17 Agustus 1945 saat dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 10 Nopember adalah tanggal keramat bagi bangsa Indonesia khususnya masyarakat Surabaya dalam kaitannya dengan sejarah perjuangan kemerdekaan NKRI. Di tanggal itu terjadi pertempuran dahsyat antara tentara Sekutu dan NICA dengan arek-arek Suroboyo yang memakan korban dalam jumlah yang sangat besar di kedua belah pihak. Pertempuran 10 Nopember 1945 Insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Orange yang berlokasi di jalan Tunjungan Surabaya  menyulut bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan para pejuang di Surabaya, yang memuncak dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945. [caption id="attachment_220681" align="aligncenter" width="255" caption="Insiden perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo (sumber:http://atmonadi.com/indonesia/2009/11/11/10-nopember-1945-battle-of-surabaya/) "][/caption] [caption id="attachment_220682" align="aligncenter" width="456" caption="Serangan arek-arek Suroboyo mengakibatkan Brigjen Mallaby tewas di dalam mobil ini (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_10_November)"]

13515596211327457427
13515596211327457427
[/caption] Terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, membuat penggantinya, Mayor Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan  meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah oleh para pejuang. Berbekal bambu runcing, arek-arek Suroboyo memilih berjuang hingga titik darah penghabisan. Sekutu pun menepati ultimatumnya. Pada 10 November 1945 pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat, dengan mengerahkan sekitar 30.000 serdadu, 50 pesawat terbang, sejumlah tank dan  kapal perang. [caption id="attachment_220692" align="aligncenter" width="550" caption="Tank-tank Sekutu siap menggempur Surabaya (sumber: http://www.fadlie.web.id/bangfad/peristiwa-10-november-1945.html)"]
1351561828458911688
1351561828458911688
[/caption] [caption id="attachment_220700" align="aligncenter" width="550" caption="Semangat arek-arek Suroboyo meski hanya bersenjatakan bambu runcing (sumber:http://dc432.4shared.com/doc/GxwcaVyK/preview.html)"]
13515635611409609764
13515635611409609764
[/caption] Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom dari udara oleh pasukan Barat, karena mereka menolak menyerahkan senjata. Arek-arek Suroboyo ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Dua kuintal bom dijatuhkan pasukan Sekutu. Drum bensin meledak. Jam 6.10, Surabaya menjadi lautan api. Tentara Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak. [caption id="attachment_220701" align="aligncenter" width="550" caption="Pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya (sumber:http://www.jagatreview.com)"]
1351564238532706136
1351564238532706136
[/caption] Namun di luar dugaan, ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Pemandangan tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang, bergelimpangan mayat terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari 30.000 orang. Para pejuang rela berkorban nyawa berjibaku mempertahankan kehormatan tanah airnya, Surabaya. Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Bung Tomo yang Heroik [caption id="attachment_220687" align="alignleft" width="220" caption="Bung Tomo yang Heroik (http://www.tribunnews.com/2010/11/10/pidato-bung-tomo-pada-peristiwa-10-november-1945)"]
13515603061170689718
13515603061170689718
[/caption] Di balik pertempuran dahsyat yang terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945, ada sebuah nama yang mempunyai andil besar dalam memompa semangat, keberanian, dan rasa cinta tanah air khususnya kepada arek-arek Suroboyo. Dialah Sutomo atau biasa disebut Bung Tomo yang lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920.  Bung Tomo adalah seorang wartawan yang aktif menulis di beberapa surat kabar dan majalah, di antaranya: Harian Soeara Oemoem, Harian berbahasa Jawa Ekspres, Mingguan Pembela Rakyat, Majalah Poestaka Timoer, menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi Kantor Berita pendudukan Jepang Domei, dan pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya. Beliau juga menjabat sebagai pucuk pimpinan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) – yang akhirnya dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia. BPRI bertugas mendidik, melatih, dan mengirimkan kesatuan-kesatuan bersenjata ke seluruh wilayah tanah air. Di balik sederet jabatan yang diembannya Bung Tomo dikenal luas sebagai pribadi yang sederhana dan dekat dengan segala lapisan masyarakat termasuk kalangan bawah. Bung Tomo juga aktif berpidato yang disiarkan oleh Radio BPRI untuk mengobarkan semangat perjuangan yang selalu direlai oleh RRI di seluruh wilayah Indonesia. Isi pidato beliau begitu khas: heroik,  penuh semangat, berapi-api,  disampaikan dengan sorot mata tajam dan terbukti telah berhasil mengobarkan semangat arek-arek Suroboyo untuk mengangkat senjata tak kenal kata surut menghadapi lawan yang tangguh. [caption id="attachment_220694" align="aligncenter" width="550" caption="Pidato Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo (http://www.tribunnews.com/2010/11/10/pidato-bung-tomo-pada-peristiwa-10-november-1945)"]
13515630701659226458
13515630701659226458
[/caption] Berikut petikan pidato Bung Tomo yang sangat terkenal itu: “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!” Gelar Pahlawan yang Terlambat Tidak seperti para pahlawan lain yang memperoleh gelar kepahlawanan sejak lama, baru empat tahun ini Bung Tomo mendapat gelar pahlawan. Hal ini disebabkan adanya gesekan antara Bung Tomo dengan pemerintah Orde Baru. Beliau pernah aktif dalam politik pada tahun 1950-an bahkan pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/ Veteran sekaligus Menteri Sosial ad interim pada tahun 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.  Namun pada awal tahun 1970-an, beliau berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Beliau berbicara keras terhadap program-program presiden Soeharto sehingga pada 11 April 1978  ditahan oleh pemerintah selama setahun karena kritik-kritiknya yang keras. Atas desakan dari beberapa kalangan, akhirnya pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta. Padang Arafah menjadi saksi berpulangnya Bung Tomo pada tanggal 7 Oktober 1981, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air. Jenazahnya tidak dimakamkan di sebuah Taman Makam Pahlawan layaknya seorang pahlawan nasional, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya. Sebuah ironi, mengingat TPU Ngagel tepat berhadapan dengan Taman Makam Pahlawan di seberang jalan. Ini menunjukkan betapa Bung Tomo adalah seorang pahlawan yang tidak gila hormat. Makam beliau membaur di tengah-tengah makam rakyatnya. [caption id="attachment_220702" align="aligncenter" width="550" caption="Makam Bung Tomo berada di tengah-tengah makam rakyat di TPU Ngagel (dok. pribadi)"]
13515654411539430690
13515654411539430690
[/caption] [caption id="attachment_220688" align="aligncenter" width="350" caption="Makam Bung Tomo di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Surabaya (dok.pribadi)"]
135156041819519006
135156041819519006
[/caption] [caption id="attachment_220689" align="aligncenter" width="550" caption="Sebuah petikan pidato Bung Tomo yang diabadikan sebagai prasasti di depan makamnya (dok. pribadi)"]
1351560904106194750
1351560904106194750
[/caption] [caption id="attachment_220703" align="aligncenter" width="550" caption="Taman Makam Pahlawan Surabaya yang kurang lengkap (dok. pribadi)"]
1351565610571451073
1351565610571451073
[/caption] Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Mestinya gelar pahlawan diberikan secara obyektif. Kalau memang seorang warga Negara layak diberi gelar pahlawan atas jasa-jasanya pada bangsa dan Negara, tidak dibenarkan ada sebuah kepentingan pun yang bisa menganulirnya, bahkan kepentingan politik sekalipun. Memang, seorang pahlawan sejati pasti tidak akan terlalu pusing dengan sebuah gelar, karena mereka berjuang atas dasar panggilan hati dan atas nama cinta tanah air. Namun, hal ini menjadi penting untuk mengajarkan pada anak-anak bangsa bagaimana menghargai jasa-jasa para pahlawan yang pada saatnya nanti bisa menjadi pupuk yang bisa menyuburkan nasionalisme pada diri generasi muda di tanah air. Selamat jalan Bung Tomo.. Meski pemerintah sempat tak berniat untuk memberikan gelar pahlawan, namun semangat heroikmu akan terus berkobar dalam dada kami sejak dulu, sekarang, hingga nanti.- Referensi:

http://syadiashare.com/sejarah-bung-tomo.html

http://barifbrave.wordpress.com/2012/03/17/biografi-bung-tomo/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sutomo

http://www.sukarnoyears.com/213surabaya.htm

http://atmonadi.com/indonesia/2009/11/11/10-nopember-1945-battle-of-surabaya/

http://www.fadlie.web.id/bangfad/peristiwa-10-november-1945.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun