Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyatukan Tulang yang Berserak,...

25 April 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_126377" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock.com)"][/caption] Apa topik diskusi yang paling asyik bagi kaum lelaki ?  Di kedai kopi, di warung nasi, di warnet, bahkan di mesjid dan surau topik ini selalu jadi favorit.  Apa lagi kalau bukan masalah kawin lagi, hihihi...Nggak usah muna (fik) dech...emang udah sunnatullah kok.  Lelaki menghasilkan bibit jutaan per detik.  Begitu dimuncratkan, detik itu juga jutaan sel sperma terbentuk.  Lain dengan perempuan yang hanya memproduksi sebuah dalam sebulannya. Karena perempuan itu bukan tikus ataupun hamster, yang dapat sekali beranak 8-12 ekor.  Tambahan lagi, sehari setelah melahirkan, seekor tikus betina sudah dapat berkopulasi lagi.  Sudah dapat kawin lagi.  Dan sudah dalam keadaan subur.  Kalau hamster masih agak "sopan", kalau betinanya masih sibuk menyusukan anaknya, sang pejantan tangguh belum mau mengganggu "istri" nya. Sambil menikmati burung puyuh goreng yang gurih, teman saya menceritakan asal usulnya.  Ibunya asal Bukit Tinggi Sumatera Barat.  Sedangkan kakek dari ayahnya berasal dari Ponorogo, namanya si Jo, mungkin namanya Bejp, panggilannya si Jo.  Orang Indonesia dan orang Malaysia sudah seperti tulang yang berserakan katanya.  Untuk menyatukan tulang yang berserakan itulah terjadi kawin campuran, antara orang Indonesia dan orang Malaysia. Peraturan yang mengharuskan bayaran 500 juta rupiah bagi lelaki Malaysia yang akan menyunting gadis Indonesia, hanyalah tinggal peraturan.  Buktinya, baru2 ini koran terkemuka Malaysia memberitakan dalam salah satu Head Line nya, bahwa setiap harinya, seorang lelaki Malaysia kawin dengan wanita Sumatera.  Kalau peraturan yang sudah di sahkan oleh MUI  itu benar2 dilaksanakan, tak akan sangguplah orang kebanyakan dari Malaysia melakukannya.  Mungkin hanya anak sultan yang sanggup. Dalam budaya Jawa ada pepatah, "Nggatukake Balung Pisah", kalau diterjemahkan artinya menyatukan tulang yang terpisah.  Pepatah ini maknanya adalah juga sama, dikaitkan dengan perkawinan antar keluarga yang sudah sangat jauh. Untuk merapatkan persaudaraan, maka terjadilah kawin campuran itu. Kita semua adalah saudara, walaupun hanya saudara dari nabi Adam as maka perkawinan akan mempererat tali persaudaraan yang jauh...  Dari sejak jaman dahulu kala, peperangan dapat dicegah dengan perkawinan antara anak raja yang satu dengan anak raja yang lain. Perkawinan antara bangsa melayu (asal Malaysia) dengan bangsa Melayu (asal Sumatera, Indonesia) memang dapat meredam pertikaian kedua negara ini manakala terjadi perselisihan seperti yang terjadi baru2 ini. Wanita Indonesia betul2 siiip servisnya, kata teman saya (orang Malaysia) yang istri keduanya orang Padang, sementara istri pertamanya orang Malaysia.  Wanita Indonesia, kalau mau pergi berkunjung ke rumah tetangga sebelah saja pakai cium tangan segala, katanya.  Sementara, istri pertamanya yang berangkat kerja setiap hari berkilo kilo meter jaraknya, tak pernah cium tangan. Ada juga lah orang Malaysia yang sangat hormat kepada suaminya, tetapi mungkin teman saya itu kebagian yang lain.... Orang Negeri Sembilan, kebanyakan, atau hampir semuanya berasal dari Sumatera Barat.  Jadi, orang Negeri Sembilan itu, belum boleh dikatakan orang Negeri Sembilan, kalau belum berkunjung ke Sumatera Barat.  Jadi, pada kesempatan akhir2 ini, mereka bukan sekadar berkunjung, tapi juga sekalian mencari istri lagi. Salahkan mereka ?  Kalau cinta sudah melekat, apa2 saja akan terasa cokelat. Mereka tidak salah, kata teman saya.  Kebanyakannya, kalau orang lelaki itu baik, maka ia akan pilih untuk menikah lagi.  Selain berbagi kesejahteraan, berbagi cinta, juga menjaga agama mereka. Bayangkan saja, kata teman saya lagi...duit saya banyak, lingkungan kerja saya sangat mendukung untuk berbuat maksiat.  Kalau istri sedang tidak "in the mood"  saya harus bagaimana ? Ya sudah satukan saja tulang yang berserak itu, niatnya kan ibadah...hehe...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun