Mohon tunggu...
Nur Syifa
Nur Syifa Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswi

Mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sebuah Kisah Singkat tentang Kehidupan

31 Oktober 2019   19:05 Diperbarui: 31 Oktober 2019   19:10 2575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untukmu yang sedang Berjuang, Untukmu yang sedang Menangis, Untukmu yang merasa Hampa, Untukmu yang sedang Bersedih, Untukmu yang merasa Kecewa, Untukmu Yang tengah Termenung, dan Untuk Kalian Semua orang-orang Hebat

Anugerah Terbesar

Karya : Nur Syifa

Di sebuah kamar yang cukup besar berwarna putih krem dengan desain interior yang elegant membuat kamar itu terlihat berkelas, ditambah dangan vasilitas yang cukup lengkap membuat kamar itu seperti kamar hotel berbintang lima. Disana, terlihat seorang gadis cantik duduk di kursi dekat jendela. Terlihat jelas raut wajahnya yang sangat frustasi.

Tiba-tiba kalimat yang diucapkan oleh dokter itu mulai terngiang kembali di dalam pikirannya.

"Kami mendiaknosa bahwa Adzra mengidam penyakit kanker otak stadium tiga."

Genangan air yang semula tertahan di kedua pelupuk mata gadis yang bernama Adzra itu kini telah berhasil keluar dengan derasnya. Adzra seolah tidak ingin menerima kenyataan pahit yang menimpa hidupnya. Dengan menggunakan kedua tangannya, Adzra mulai mengobrak-abrik seisi kamar-nya.

"Kenapa semua ini harus terjadi pada ku, kenapa?" Teriak Adzra histeris.

Merasa puas dengan apa yang telah dia perbuat, dia pun duduk di kasur empuk berwarna biru muda yang senada dengan warna bajunya. Tiba-tiba, seorang wanita membuka pintu kamarnya, membiarkan wanita itu melihat keadaan kamarnya yang seperti kapal pecah dan tentunya dirinya sendiri yang terlihat sangat kacau.

"Adzra ada apa dengan kamu sayang?" Bertanya dengan nada bicara khawatir.

Wanita itu mendekat kearah Adzra, dia pegang kedua tangan Adzra, dia tatap manik mata Adzra yang memancarkan kesedihan, lalu dia usap rambut Adzra yang semakin hari semakin menipis dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun