Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Ada Apa dengan Takjil?

24 Mei 2018   20:45 Diperbarui: 24 Mei 2018   22:07 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bulan Ramadhan merupakan bulan berkah. Selain bulan dengan limpahan pahala, juga bulan sebagai sumber tambahan perekonomian saat hari raya tiba. Mereka yang sehari-hari berjualan makanan akan menambah porsi jualan karena di bulan Ramadhan pembeli akan meningkat. Bahkan yang tidak berjualan makanan sebelumnya, mereka pada akhirnya akan dodolan juga, mulai dari gorengan, kue basah, es buah dan lain-lain. 

Mereka akan berjejer di sepanjang jalan atau berkumpul di pasar Ramadhan pada sore hari menjajakan dagangannya.  Bulan ramadahan bulan limpahan makanan.

Pada hakikatnya, puasa Ramadhan adalah puasa menahan lapar, haus dan meredam nafsu. Namun pada praktiknya pengendalian nafsu paling sulit bukan saat kita berpuasa menahan lapar dan haus, melainkan justru saat kita berbuka.

Jam-jam menjelang berbuka puasa orang-orang biasanya disibukkan dengan berbelanja  takjil yang disiapkan untuk berbuka. Peperangan melawan hawa nafsu di mulai pada saat seperti ini. Jika kita menang maka kita akan membeli takjil seperlunya saja. 

Namun jika pengendalian nafsu kita terhadap makanan lemah, maka kita akan kalap berbelanja dan pada akhirnya perut tak cukup menampung takjil yang sudah dibelanjakan  dan akhirnya terbuang sia-sia berakhir menjadi sampah.

Soal sampah makanan ini membuat nama Indonesia tercoreng. Indonesia menempati peringkat ke-2 di dunia negara dengan penghasil sampah makanan terbanyak di dunia. 

Rata-rata Indonesia menyumbang sampah makanan sebanyak 13 juta metrik ton per tahun. Angka tersebut bisa untuk meberi makan 11% populasi penduduk Indonesia. Angka yang hampir sama dengan populasi penduduk miskin di Indonesia.

Sadarkah kita jika selama berpuasa kita dikepung oleh pikiran dan rencana "berbuka makan dengan apa ya?" "nanti aku makan takjil inilah itulah" yang secara tak langsung dipengaruhi oleh timeline medsos yang menampilkan gambar makanan secara "porno" dan tayangan televisi yang menampilkan iklan maupun acara yang berbau makanan yang mengguggah selera.

 Dan saatnya di bulan puasa Ramadhan ini kita dapat mengendalikan diri dari nafsu berlebih pada makanan dengan mengendalikan lapar dan haus dengan mengaplikasikannya dengan makan secukupnya pada saat waktu berbuka puasa.

Marilah kita bijak dalam mengkonsumsi makanan dan pintar mengelola makanan agar angka sampah makanan yang kita hasilkan menurun. Dampak terburuk dari sampah makanan itu selain kerusakan lingkungan, meningkatnya gas metana, pemborosan, ancaman krisis pangan, hingga vektor penyakit yang mengantar virus, lalat dan tikus.

Pada moment puasa Ramadhan ini mari kita meninggalkan kebiasaan buruk membuang makanan karena berbelanja makanan secara berlebihan dengan menahan nafsu membeli takjil berlebih agar tak berakhir menjadi hal yang mubadzir.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun