Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Hal tentang Mungkus Khas Inderapura yang Wajib Kamu Tahu

7 Maret 2023   09:56 Diperbarui: 7 Maret 2023   10:37 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Februari yang lalu, masyarakat Inderapura pesta mungkus besar-besaran. Saking banyaknya sampai membeludak ke luar daerah.  Salah satu limpahannya  Kota Sungai Penuh.  Saya beli 1 kg. Lumayan, pengobat rindu kampung halaman.

Mungkin tidak semua  kita kenal dengan mungkus.  Sebab,  makhluk yang satu ini  hanya dapat ditemui di daerah-daerah tertentu saja.  Meskipun ada di  tempat lain, jenisnya tidak sama. Oleh sebab itu, patut kiranya mungkus ini dicatat sebagai salah satu icon Pesisir Selatan Sumatera Barat.

Baiklah langsung saja pada materi pokoknya. Bagi yang belum tahu, akan  saya jelaskan seperti apa ikan mungkus khas Inderapura ini  dengan 5 keunikannya.

1. Mungkus adalah ikan kecil-kecil. Kurang lebih seukuran lidi kelapa, berbentuk selinder, warnanya  pink muda. Ada juga yang agak belang hitam. Panjangnya kurang lebih 30 milimeter, (red).

2. Mungkus ini berhabitat di laut.  Munculnya  pada musim kemarau, rata-rata satu kali dalam  dua tahun. Satu priode berlangsung  1-3 bulan.  Bahkan kalau rezeki  lagi berpihak pernah sampai  5-6 bulan. Di luar itu, jangan harap mereka menampakkan diri.

3. Mungkus hidup berombongan dalam jumlah sangat besar.  Saking banyaknya, sampai melimpah masuk ke sungai melalui muara.  Artinya, ikan menggemaskan itu juga  dapat hidup di air payau dan air tawar. Buktinya, setelah musimnya berakhir, tampak mungkus-mungkus yang masih tersisa menyusuri pinggir sungai,  mengarah ke hulu.

Sampai di tepian mandi kami (kurang lebih 20 km dari mulut muara), fisiknya  mengalami perubahan. Warnanya  jadi menghitam dengan kepala serta tubuh mulai membesar dan bersisik.  Semasa kecil, saya dan teman-teman sering menangguknya pakai saringan santan. Tetapi setelah dimasak, rasanya tidak original lagi. Ada pahit-pahitnya.

4. Kecil-kecil  cabe rawit. Menurut cerita nelayan setempat, gerombolan mungkus  itu ditakuti oleh ikan-ikan besar.  Ketika  kawanannya menguasai suatu area, tidak satupun ikan lain berani mendekat.

Tak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi. Padahal, fisiknya hanya sebesar lidi kelapa. Mungkin saking banyaknya, sampai menutupi wilayah yang mereka duduki. Efeknya, zona tersebut menjadi gelap.

5. Tanda-tanda alam tentang kemunculan mungkus. Saya punya  cerita menarik.  Masyarakat setempat  termasuk saya  bisa membaca tanda-tanda alam tentang permungkusan. Apabila terdengar suara gemuruh di laut, menandakan mungkus sudah keluar. Seakan-akan Malaikat Mikail berseru, bahwa rezeki  telah  dia taburkan di muka bumi. Silakan dijemput.  

Nelayan pun mulai bergerak ke laut, mebawa alat tangkap yang diperlukan.  Zaman sekarang tentu perlengkapannya serba mesin. Hasilnya berkali-kali lipat dibandingkan  era dahulu.

Semasa saya kecil, bapak  juga sering menangkap mungkus. Naik sampan pada malam hari,  menggunakan alat tangkap seadanya. Karena profesi  beliau bukan nelayan asli, area  tangkapannya hanya di muara sungai saja. Tidak sampai masuk ke laut. Maklum, sampannya kecil, ditumpangi 2 orang. Kalau  peruntungan lagi mujur perolehannya banyak sekali. Pernah sepenuh sampan.

 Mungkin ada yang bertanya, mau dikemanakan mungkus hasil tangkapan nelayan tersebut? Sabar! Ini jawabnya.

Mungkus mempunyai nilai ekonomi yang  lumayan tinggi. Belakangan mungkus segar dihargai Rp 18-20 ribu per kilo. Selain dijual dalam keadaan segar,  bisa juga dipasarkan dalam  kondisi kering. Begitu keluar dari jukung nelayan, langsung dijemur pada terik matahari sampai kering. Terus dilego ke luar daerah.

Ikan mungkus bisa diolah menjadi beragam kuliner sedap. Mulai  dibuat sambal  untuk teman nasi, sampai ke camilan ringan seperti bakwan, peyek dan sebagainya. Mengolahnya mudah dan praktis.

Untuk sambal,  sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, orang kampung saya memasak  mungkus segar tidak menggunakan minyak goreng dan santan.  Cukup kuah bening, asam padeh,  palai asin tanpa cabe, kecuali pepes pedas yang memerlukan sedikit kelapa parut digiling halus. Masalah ini insyaallah akan kita bahas pada lain kesempatan.

Demikian 5 penjelasan tentang mungkus khas Inderapura yang wajib kalian tahu. Penasaran? Silakan mampir di kampung saya, di daerah  Pesisir Selatan Sumatera Barat. Tapi jangan sekarang ya. Sebab, musim mungkus telah berlalu. Semoga bermanfaat.

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun