Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saya Sudah Divaksin, Begini Tanggapan Lingkungan Sekitar

13 Juni 2021   07:42 Diperbarui: 13 Juni 2021   08:02 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, 7 Juni  lalu cowok gantengku  dipanggil untuk menjalani vaksinasi covid 19 di Kota Sungai Penuh (Ibu Kota Kabupaten). Saya protes ke Pak Kades. "Kok saya ditinggalkan. Bukankah kami sama-sama lansia?"

"Kalau Ibuk mau, datang saja ke Puskesmas Kecamatan, jam 7.30 besok." jawab orang nomor satu di Desa Simpang Empat itu. "Setiap desa dapat jatah 20 lansia untuk divaksin," tambahnya.

Saya pede aja. Artinya 21 dengan saya. Tanggal 8 Juni, jam 7.30, saya berangkat ke Puskesmas. Di sana  telah menunggu 4 orang lansia tambah saya jadi 5. Saya langsung didaftarkan oleh perawat karibku yang bertugas di sana.

Setelah menjalani rangkaian proses, Alhamdulillah akhirnya saya divaksin juga. Jadilah saya lansia pertama menerima vaksinasi untuk Kecamatan Danau Kerinci..

Mempengaruhi Nenek-nenek

Berfoto selfi bersama Pak Dokter, usai saya divaksin. (Foto Istimewa)
Berfoto selfi bersama Pak Dokter, usai saya divaksin. (Foto Istimewa)
Setelah saya disuntik, tiba-tiba seorang anak muda ngusul. "Emak saya tak usah divaksin. Beliau tidak mau," katanya. "Yo. Aku idak dak. Jliyokuh," sambung sang Ibu. Artinya, aku tak mau. Malas aku.

Pak Dokternya menjawab, "Tak mau dak apo-apo, Bu. Kami tak boleh memaksa. Tugas  kami mengupayakan supaya masyarakat sehat. Selagi ada yang gratis sebaiknya ibu ikut saja. Kalau suatu saat Ibu perlu surat keterangan sudah divaksin, terus minta disuntik, Ibu terpaksa bayar. Mahal lho Bu."

Si nenek tetap menolak. Saya sok menggurui, "Iyo. mungkin nanti awak mau pergi umrah. Syaratnya harus ada surat keterangan sudah divaksin. Kan kayo (Anda) sudah punya. Kalau bayar bisa mencapai 800-an ribu."   Nenek yang pernah cantik itu masih bergeming.

"Atau nanti kayo dapat jatah uang PKH. Syarat pencairannya harus ada surat keterangan telah divaksin. Apo kabea (apa kabar)?" tambah saya.

Spontan beliau itu menjawab, "Iyolah." Saya tertawa dalam hati. Mau ngekeh takut anaknya marah. Begitulah saktinya sang rupiah. Hati sekeras baja pun bisa layu seketika. Padahal uangnya entah di mana. Barangkali belum dicetak di Perum Peruri.

Diejek di Tempat Arisan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun