Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudah Sombong Tukang Kecoh Pula

27 Mei 2021   15:38 Diperbarui: 27 Mei 2021   16:04 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja sayuran. (Foto NURSINI RAIS)

Kata Imam Nawawi,  kesombongan  adalah  sifat buruk bagi siapapun. Namun, bagi orang miskin, sombong itu adalah keburukan yang paling parah, (republika.co.id).

Tetapi menurut saya, orang kaya sombong mungkin dianggap wajar dan lumrah. Kalau praktik kesombongan dilakukan orang biasa (tak tega mengatakan miskin), itu namanya keterlaluan.   Parahnya,  lihai pula membungkus ketidakjujuran. 

Hm .... Lama menghilang, tiba-tiba nenek nongol mau curhat nih. Mungkin ada cucu-cucu yang bertanya, "Memang ada orang sombong kurang jujur, Nek?" Jawabnya ada, Cung. Ini pengalaman pribadi, saat belanja sayur rimbang di pasar tradisional X kemarin pagi. 

Kata si pedagang, sayuran  itu dia jual  per seperempat  kilonya Rp 2 ribu. Otak saya berkalkulasi   per  100 gramnya  digenapkan Rp 1000. Sebab butuhnya cuman sedikit, untuk sekali makan berdua saja.  

Sejatinya di kebun juga banyak. Tapi jarak tak memungkinkan saya pergi memetiknya. Saya minta beli separohnya saja.  Di warung-warung biasanya belinya  per ons juga. Soal harga tak masalah.

Untuk apa beli banyak. Kami kurang suka mengonsumsi sayuran yang disimpan lama dalam kulkas. Paling sehari dua hari. Selepas itu, nasibnya berakhir di tong sampah.  Di sisi lain, saya tipe Nenek-nenek kurang suka buang-buang makanan.  

Pedagang sayur itu menjawab sambil  memalingkan muka ke lawan bicaranya yang lain. "Tidak bisa. Tiada artinya uang seribu."  Nadanya cuek bebek.

Aduh, Emak ....  Saya malu. Tak tahu harus berkata apa. Lama saya terpaku. Hingga akhirnya berujar, "Ya sudah, seperempat saja."  Uang dibayar barang berpindah tangan.

Terus saya tawarkan pada ibu kenalan saya yang tadinya teman pedagang itu  ngobrol, "Kalau mau,  aku kasih awak separonya ya. Daripada dibuang." 

Dia menolak. Katanya kalau makan rimbang penyakitnya kambuh. Ya sudah.  Saya nyalakan motor langsung pulang.

Sepanjang perjalanan otak kecil saya ngomel.  "Orang kaya sombong itu soal biasa. Orang miskin ongeh (sombong) ini sungguh TERLALU. Dasar manusia tak pandai bersyukur. Jangankan seribu, seratus rupiahpun itu rejeki pemberian Allah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun