Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Balada Pemuda Tuna Grahita

16 September 2020   20:29 Diperbarui: 16 September 2020   20:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DL (23) penyandang tuna grahita (kanan) dan ayahnya (kiri). Foto NURSINI RAIS

Dia tak tahu dirinya lahir dari rahim siapa. Yang dia kenal hanya seorang pria penjaja tenaga di kebun tetangga. Setiap hari keringatnya tumpah membasuh bumi.  "Bapak bekerja demi kamu, nak," katanya.

Bila malam tiba, lampu minyak berbagi cahaya. Bapak dan anak itu tergolek di gubuk  tua. Bilik ditembus sinar rembulan. Angin malam berbisik perlahan. Dingin memagut  sampai ke tulang

Sang bapak sering berkisah. Kamu juga pernah  minum asi, nak. Belaian lembut membuatmu hanyut di laut mimpi.  Hanya dalam bilangan hari, ibumu kembali ke kampung nan abadi

Itu hanya cerita mengulik telinga. Tak mampu diungkapkannya  dengan kata. Pandainya cuman bermain rasa,  menangis dikala duka melanda, tersenyum saat hatinya bahagia.

Dua puluh tiga kali kalender berganti, kumis-kumis tipis terlukis di bibirnya yang manis. Dia bangga dengan status tuna grahita.

****
Danau Kerinci, 16 September 2020

Nenek 4R

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun