Dia tak tahu dirinya lahir dari rahim siapa. Yang dia kenal hanya seorang pria penjaja tenaga di kebun tetangga. Setiap hari keringatnya tumpah membasuh bumi. Â "Bapak bekerja demi kamu, nak," katanya.
Bila malam tiba, lampu minyak berbagi cahaya. Bapak dan anak itu tergolek di gubuk  tua. Bilik ditembus sinar rembulan. Angin malam berbisik perlahan. Dingin memagut  sampai ke tulang
Sang bapak sering berkisah. Kamu juga pernah  minum asi, nak. Belaian lembut membuatmu hanyut di laut mimpi.  Hanya dalam bilangan hari, ibumu kembali ke kampung nan abadi
Itu hanya cerita mengulik telinga. Tak mampu diungkapkannya  dengan kata. Pandainya cuman bermain rasa,  menangis dikala duka melanda, tersenyum saat hatinya bahagia.
Dua puluh tiga kali kalender berganti, kumis-kumis tipis terlukis di bibirnya yang manis. Dia bangga dengan status tuna grahita.
****
Danau Kerinci, 16 September 2020
Nenek 4R