Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wow, Petani ini Berpuasa Memanen di Sawah Gaji 4 Ratus Ribu Per Hari

22 Mei 2020   05:20 Diperbarui: 22 Mei 2020   06:35 3521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan Bapak Tani istirahat setelah makan siang. Dokumentasi pribadi

Ada seorang tani, bangun pagi-pagi. Makan rebus ubi, seteguk air kopi

Lirik lagu yang biasa dinyanyikan anak SD  ini  menggambarkan kehidupan masyarakat tani di pedesaan, yang selalu identik dengan kekumalan.

Hujan dan panas, mencangkul dan memanggul, peluh bercucuran di sekujur tubuh, sudah merupakan air mandi mereka sehari-hari. Tak mungkin mampu dilakukan oleh orang yang lahir dan dibesarkan di perkotaan.  

Namun, menjadi petani dan bersahabat dengan alam pedesaan, memberikan nuansa tersendiri bagi penduduknya. Dari lahir mereka ditempa manjadi pribadi tegar dan tahan banting.

Pertengahan Maret lalu, saya pernah memaparkan bagaimana sebagian warga desa mamanfaatkan sumber daya alam pada musim kemarau. Detailnya klik di sini.

Kali ini saya mengajak kompasianers dan pembaca semua mengintip kegiatan salah satu keluarga petani di Desa Simpang Empat Danau Kerinci,  pada musim panen.  

SI siap berangkat ke sawah. Ketika saya tawarkan untuk dipotret dia siap (kiri). SI ngisi BBM di warung tetangga (kanan). (Dokumentasi pribadi).
SI siap berangkat ke sawah. Ketika saya tawarkan untuk dipotret dia siap (kiri). SI ngisi BBM di warung tetangga (kanan). (Dokumentasi pribadi).
AD (37) dan isterinya SI (35), adalah pasangan suami isteri tetangga saya. Mereka berprofesi sebagai petani.  

Habis jalan pagi, saya sering ketemu  mereka buru-buru menyeret motor butut keluar dari pekarangan rumahnya, terus berangkat ke sawah dengan pakain kerja. Kadang-kadang   satu motor berdua,  sesekali  pakai kendaraan masing-masing.

Pagi kemarin, SI keluar dari pintu pagarnya terus berpapasan dengan saya. Lagi-lagi dia tergesa-gesa.  Saya bertanya, "Suamimu mana?"

"Pergi duluaan Bu. Saya berangkat diam-diam. Selagi si kecil (3) belum bangun. Biar dia tidak nangis minta ikut. Supaya tidak bising, menyalakan  motor  terpaksa  saya dorong agak jauh," bisiknya sambil menyeret motor bebek miliknya.

Saya bergumam,"Ternyata itu alasannya mereka selalu tergopoh-gopoh  seperti  ada yang mengejar." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun