Mengerjakan tugas kantor di rumah atau Work from Home (WFH) mungkin enaknya sehari dua. Selepas itu, canda tawa sejawat mulai menggoda. Rasa bosan pun menggerogoti. Terlebih bagi emak-emak, yang terbebani oleh urusan rumah tangga yang tak pernah tamat.
Usai memasak, piring yang numpuk, cucian yang berlambun, keset yang kotor, lemari yang berdebu, dan seterusnya. Belum lagi membimbing anak belajar online. Mana ART yang ikut-ikutan di rumah”nya”, belum tentu mendukung #DiRumahAja.
Namun apa hendak dikata. Alih-alih mereda, Covid-19 malah semakin menggila. Korbannya berguguran di belahan dunia. Pemerintah memperpanjang Work From Home dua minggu ke depan.
Tetapi bagi saya selaku orangtua, momen begini sungguh asyik dan menyenangkan. Biasanya saat berkunjung, ketemu anak, menantu, dan cucu pada malam hari saja. Pagi-pagi cucu ke sekolah, kembali ke rumah pukul 16.30.
Anak dan menantu berangkat pagi pulang sore. Kalau jadwal kerjanya lagi padat, tak jarang hari libur pun mereka habiskan di lapangan. Jika dihitung-hitung, sepuluh hari di sana mungkin hanya beberapa puluh jam bisa ngumpul.
Dengan WFH suasananya sangat berbeda. Seminggu saya dan cowok gantengku di sana, dari pagi sampai malam sebelum tidur kami lewati bersama. Walaupun mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Mamanya bergelut dengan urusan kantor, Ratu cucuku asyik belajar online. Sementara Papanya tetap ngantor di luar kota.
Ratu sangat berbahagia. Selama kami di sana, materi pembelajaran yang sulit minta bimbingan sama nenek. Tetapi saat dia sedang les via vc tak boleh ditengok. Nenek hanya ngintip-ngintip di balik pintu kamar.
Tetapi nenek, anak, dan cucu tak boleh baper. Sekali-sekali harus siap ngomong sendirian. Karena lawan bicaranya kelewat konsen pada apa yang sedang dihadapinya. Sehingga tak mendengar Emak atau anaknya bertanya. Kadang dia menjawab matanya tetap di layar laptop.
Begitu juga antara mereka berdua. Setelah berkali-kali anaknya memanggil, baru ibunya merespons. “Apa Ratu? Bilang aja langsung! Mama lagi kerja.”
Ini virus milenial yang telah mengglobal di jagat raya. Di sinilah kesabaran masing-masing diuji. Terutama orangtua. Kuncinya hanya satu. Jangan mudah baper.