Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wahai Pelaku WFH, Inilah Insan yang Berbahagia di Tengah "Efek Kejut" Covid-19

2 April 2020   06:25 Diperbarui: 2 April 2020   18:58 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putriku DPC sedang melakukan WFH. Dokumentasi Pribadi.

Mengerjakan tugas kantor  di rumah atau Work from Home (WFH) mungkin enaknya sehari dua. Selepas itu, canda tawa sejawat mulai menggoda. Rasa bosan pun menggerogoti. Terlebih bagi emak-emak, yang terbebani oleh urusan rumah tangga yang  tak pernah tamat.

Usai memasak, piring yang numpuk, cucian yang berlambun, keset yang kotor, lemari yang berdebu, dan seterusnya. Belum lagi membimbing anak belajar online. Mana  ART yang ikut-ikutan di rumah”nya”, belum tentu mendukung #DiRumahAja.

Namun apa hendak dikata. Alih-alih mereda, Covid-19 malah semakin menggila. Korbannya berguguran di belahan dunia. Pemerintah memperpanjang Work From Home dua minggu ke depan.

Tetapi bagi saya selaku orangtua, momen begini sungguh asyik dan menyenangkan. Biasanya saat berkunjung, ketemu anak, menantu, dan cucu pada malam hari saja. Pagi-pagi cucu ke sekolah, kembali ke rumah pukul 16.30.

Anak dan menantu berangkat pagi pulang sore. Kalau jadwal kerjanya lagi padat, tak jarang hari libur pun mereka habiskan di lapangan.  Jika dihitung-hitung, sepuluh hari di sana mungkin  hanya  beberapa puluh jam bisa  ngumpul.

Dengan WFH  suasananya sangat berbeda. Seminggu saya dan cowok gantengku di sana, dari pagi sampai malam sebelum tidur kami lewati bersama. Walaupun mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Mamanya bergelut dengan urusan kantor, Ratu cucuku asyik belajar online. Sementara Papanya tetap ngantor di luar kota.

Ratu sangat berbahagia. Selama  kami di sana, materi pembelajaran yang sulit minta bimbingan sama nenek. Tetapi saat dia sedang les via vc tak boleh ditengok. Nenek hanya ngintip-ngintip di balik pintu kamar.

Tetapi  nenek, anak, dan cucu tak boleh baper. Sekali-sekali harus siap ngomong sendirian. Karena lawan bicaranya kelewat konsen pada apa yang sedang dihadapinya. Sehingga tak mendengar Emak atau anaknya bertanya.  Kadang dia menjawab  matanya tetap di layar laptop.

Begitu juga antara mereka berdua. Setelah  berkali-kali  anaknya memanggil, baru ibunya merespons. “Apa Ratu? Bilang aja langsung! Mama lagi kerja.”

Cucunda Ratu di tengah kesibukannya mengerjakan tugas Online. Dokumentasi pribadi.
Cucunda Ratu di tengah kesibukannya mengerjakan tugas Online. Dokumentasi pribadi.
Giliran emaknya minta bantuan, si kecil pun menjawab, “Jangan cengeng Ma! Ratu lagi fokus.”  He... he ....

Ini virus milenial yang telah mengglobal di jagat raya. Di sinilah kesabaran masing-masing diuji. Terutama orangtua. Kuncinya hanya satu. Jangan mudah baper.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun