Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pedagang Kemplang dan Persaingan Hidup yang Makin Ketat

26 Februari 2020   19:36 Diperbarui: 27 Februari 2020   10:15 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah kalian pernah kemalaman hingga tak sempat pulang ke kosan?"

"Gak, Bu. Kami harus pulang. Karena malamnya tugas membungkus kerupuk," jawab Aldi. 

"Alhamdulillah selalu ada rezeki tumpangan motor atau mobil apa saja. Yang penting bisa gratis," tambahnya.

AA (16). Dokumentasi pribadi.
AA (16). Dokumentasi pribadi.

Hampir meleleh air mata saya, membayangkan seberapa capeknya mereka. Seharian berjalan kaki, malamnya bukan istirahat. Malah melakukan aktivitas lain. Padahal, si AA baru berusia 16 tahun. Belum saatnya dia bekerja, masih tergolong anak-anak.

Atas kekepoan saya, bergantian keduanya bercerita bahwa mereka masih punya orangtua. Nasibnya pun beda tipis. Sama-sama punya 5 saudara. Ayah dan ibunya berkebun sawit di kampung dengan penghasilan pas-pasan. Bedanya, yang satu berpendidikan kelas 5 SD, lainnya kelas 2 SMP.

AD (20). Dokumentasi pribadi.
AD (20). Dokumentasi pribadi.

Setelah mereka pergi, saya merenung. Betapa sulitnya persaingan hidup ini demi sesuap nasi. Naluri keibuan saya berdoa, semoga kelak mereka menemukan sumber rejeki yang halal, mudah dilakoni, tidak melulu mengandalkan otot.

Kedua anak manusia ini belum dikategorikan menang dalam pertarungan hidup. Sebab, permainan sedang berlangsung, masa depan mereka masih panjang.

Akankah mereka menyerah kalah atau menang telak? Dalam artian minimal akan memperoleh kehidupan lebih baik, dengan sedikit bekerja hasilnya banyak. Hanya waktu yang menentukan.

Inilah dua dari puluhan juta individu yang sedang berdarah-darah menghadapi persiangan hidup demi sesuap nasi. Salam dari Pinggir Danau Krinci.
****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun