Tetapi saya tak pernah berkecil hati. Malahan bersyukur kepada Sang Pencipta. Karena tidak cantik dan tak laku-laku, Â saya bisa bertahan sampai menyelesaikan pendidikan hingga usia 20 tahun. Tergolong perawan tua versi orang kampung zaman itu.
Wujud kesyukuran tersebut saya lampiaskan dengan cara memanjakan diri, merawat apa yang saya miliki sebagai anugrah  yang tak ternilai.
Pendek kata, apa pun yang bagus kata sang guru salon, saya lakukan sesuai dengan ilmu yang pernah saya pelajari.
Semenjak memasuki kepala enam, rutinitas tersebut  terhenti otomatis. Eh ...  momen padamnya listrik selama 12 jam kemarin, membuat saya kangen pakai masker. Â
Hasilnya, luar biasa. Wajah saya  terasa  lembut dan segar. Berkali-kali saya mengaca.  Endingnya, tersenyum sendiri. Seribu kali maskeran pun wajah tua ini tetap keriput, dan tak mungkin montok kembali.  He he .... Â
Ini cerita saya di balik padamnya listrik di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Mana ceritamua?
****