Umumnya persoalan poligami berkaitan erat dengan konflik ranjang. Â Sebab, untuk kelangsungan sebuah rumah tangga, hubungan seksual adalah masalah penting daripada segala yang terpenting. Hasrat ini merupakan tuntutan biologis, yang tak terganti dengan apa pun. Tak bisa dibarter dengan sate Madura, dengan nasi Padang, dengan soto Makasar, pempek Palembang. Apa lagi dengan terong goreng.
Uniknya, aktivitas yang satu ini mampu mendamaikan hati yang gundah pasca pertengkaran laki-bini. Marah, sakit hati, dan benci kepada pasangan, bahkan tidak saling tegor  beberapa hari. Semuanya  sirna setelah melakukan hubungan intim.
Belum lagi kejaiban lain yang bermanfaat fositif bagi pasangan yang rutin melakukannya. Terutama damenyangkut dengan kesehatan dan batiniah.
Tapi jangan salah, bisa pula menabuhkan perang  antar suami isteri, jika hak  biologis salah satu pihak ini tidak terlunasi. (khususnya  bagi kaum suami). Baik perang terbuka maupun  perang tertutup.
Syukur-syukur perang terbuka. Tanda-tandanya mudah terbaca oleh pasangan. Misalnya setelah suami menagih haknya, isteri menolak, suami marah-marah, merajuk ..., emak-emak sangat pahamlah dengan kasus ini.
Yang berbahaya, perang  tertutup. Diam-diam suami jajan di luar. Atau bagi yang tahu dosa, praktik poligami adalah pilihan yang aman.Â
Saya baru dicurhatin mantan murid ngaji saya, seorang oknum purnawirawan. Dia punya anak gadis hasil nikah liar dengan seorang perempuan, mantan pekerja di klinik  isterinya. Begitu melahirkan,  isteri sirinya itu diceraikannya. Bayi  dia titipkan kepada orangtuanya di kampung. Sampai sekarang  isteri pertamanya belum mengetahui kasus tersebut.  Sedangkan anaknya telah  kelas 3 SMP.
Ketika ditanya mengapa hal ini bisa terjadi, dia menjawab, "Habis, setiap saya minta, dia menolak. Capeklah, ngantuklah, dan seribu alasan lainnya."
Fenomena serupa sering terjadi di lingkungan saya dan mungkin juga di sekitar Anda. Ada suami isteri yang mendadak mengadopsi bayi, wajahnya mirip dengan anak-anaknya di rumah.
Kalau sudah begini, siapa yang disalahkan. Syukur kalau dia nikah siri. Tidak sedikit suami khilaf memilih jalan gelap. Sampai tega membunuh isterinya. Cuman gara-gara tak mau diajak berhubungan intim.
Menurut pengalaman, perempuan pada usia-usia  di atas 38 tahun memang banyak malasnya melayani suami di ranjang. Padahal, secara lahiriah si isteri terlihat sehat dan segar bugar. Hal ini bukan berarti dia tidak mencintai suami. Tetapi banyak konflik yang  tidak bisa dianggap sepele. Baik oleh suami maupun isteri itu sendiri.  Di antaranya,
- Kondisi Tubuh Kurang Mood.Â