Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Hal Sepele yang Berpotensi Merusak Mental Anak dan Upaya Pencegahannya

18 Juni 2019   22:15 Diperbarui: 19 Juni 2019   14:34 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Dedek kecil mandi di Danau Kerinci ditemani ayahandanya tercinta (kiri atas dan kanan bawah). Dokumen pribadi

Karena keseringan, saya khawatir putra saya ini jantungan. Saya dan ayahnya berusaha meluruskan, bahwa cerita tersebut adalah bohong.  Butuh waktu lama juga untuk meyakinkannya.

Kisah lain tak kalah menggemaskan, suatu sore menjelang Maghrib, Dedek pulang  dari bermain. "Bu, Minta sabun. Dek belum mandi," katanya.

Saya curiga. Katanya belum mandi. Tetapi matanya merah, kulit dan rambutnya kering. Hati saya berbisik, "Ini anak pasti habis berkubang di sawah."  Ditanya tidak ngaku. Merasa dibohongi, saya marah dan mencubit dia sampai menangis.

Rupanya dia  dan teman-temannya sering mandi dan lompat-lompatan di sungai. Sampai sekarang saya sendiri tidak tahu lokasinya di mana.  Acap kali juga mereka mandi berenang di danau.

Waduh, pikiran negatif mengusik ketenangan saya. Saya stress  sampai susah tidur.  Andaikan begitu dia melompat dari ketinggian tertentu, sementara di dasar sungai terpancang benda tajam, apa kira-kiranya  yang terjadi. (Tahun 1962, insiden ini pernah terjadidi depan saya. Lama saya trauma). Atau begitu terjun, lalu tenggelam  terus terjepit di sela ranting dan tak kuasa bangun kembali.  Waduh ..., mengerikan sekali.

Mandi di danau pun risikonya super dahsyat. Tidak sekali dua Danau Kerinci ini merenggut nyawa manusia. Mangsanya orang yang tidak biasa alias pendatang.  Ketika berenang   kaki korban terbelit lumut daun (dichodontium),  yang panjangnya susah diprediksi. Akhirnya lemas dan tenggelam.

Apabila dilarang dia nunut. Kepalanya mengangguk sampai ke dengkul. Di belakang saya dia tetap eksis. "Anjing menggonggong kafilah berlalu".

Namanya anak kampung usia kelas 3-4 SD. Suka hal yang menantang. Main di semak-semak, memanjat pohon, menangkap ikan di sawah sampai berkubang seperti kerbau. Saya kewalahan dan bosan menegurnya.

Dari dua pengalaman di atas, barangkali dapat diambil pelajaran.

Kisah pertama,  sangat tidak elok jika  anak balita disuguhi cerita ngaur yang tidak mendidik. Sudah bohong menyeramkan pula. Selain menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, jantungnya berdetak kencang.  Bukan tidak mungkin  efek jangka panjangnya anak-anak akan tumbuh menjadi penakut.

Terlepas dari itu semua, ternyata Dedek tumbuh menjadi  pemalu. Syukur, sejak mulai  kuliah sampai sekarang lincahnya malah kelewatan. Buktinya, setahun kuliah dia sudah berani nembak cewek, langsung dapat pacar, he he ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun