Dahulu, seminggu menjelang Idul Fitri emak-emak kampung sibuk bikin kue lebaran. Entah itu rumah tangga kaya atau miskin, pokoknya bikin kue. Minimal keripik pisang atau kue kering, yang bermodal tepung beras ditumbuk sendiri, plus sebutir telur ayam, santan, secumput garam dan minyak goreng produk olahan dari santan kelapa.
Di kala itu belum ada minyak sawit. Akhir tahun enam puluhan baru masuk minyak kopra dari Padang. Tetapi rasanya kurang enak. Setelah dikonsumsi lidah terasa tebal.Â
Sampai sekarang insyaAllah saya masih pandai mengolah kelapa menjadi minyak goreng.Â
Bersumber bahan-bahan di atas, jadilah kue arai pinang dan kue kelapa. Jika punya sedikit gula bisa pula dibuat kue kembang loyang, kue sepit (sapik) dan kue tradisional lainnya.
Bisa dibayangkan betapa sederhananya kehidupan orang kampung setengah abad yang lalu. Beras diperolah dari bertani, telur ayam hasil ternak, kelapa ditanam di samping atau belakang rumah.
Mendekati Ramadan, emak mulai menyiapkan ratusan telur ayam kampung. Sebagian untuk kebutuhan sendiri, sisanya dijual. Uangnya buat membeli gula, terigu, dan bahan kue lain yang diperlukan.
Ayam betina tugasnya bertelur, tidak diberikan kesempatan untuk mengeram. Setelah fase bertelurnya berakhir, setiap pagi rutinitas saya menangkap ayam-ayam tersebut dari kandang, terus memandikannya di sungai. Kata emak biar cepat bertelur kembali. Ayam yang ditangani empat-lima ekor.
Apakah upaya ini ngefek terhadap percepatan masa bertelur berikutnya? Allahualam bish shawab, yang pasti, ritual tersebut membuat hewan-hewan itu tersiksa. Pagi-pagi buta dibenamkan ke dalam sungai tiga atau empat kali tenggelam, sampai terbatuk-batuk. Untung tidak ada gugatan dari komisi perlindungan ayam.Â
Untuk diketahui, waktu itu masyarakat kami belum nengenal ayam ras.
Tentang kue kreasi emak-emak jadul, tahunya hanya bikin kue super jadul. Seratus persen menggunakan bahan alami tanpa campuran apa pun, selain vanili dan feren. Mereka tidak kenal soda kue, baking powder, TBM atau bahan pengembang lainnya. Tetapi kuenya tetap gurih dan lembut.
Pantangannya hanya satu. Apapun kuenya adonan jangan sampai kena air. Peralatan yang dipakai harus kering seratus persen. Apabila terlanggar, kue tersebut pasti gagal. Kecuali memang kuenya diresep pakai air.