Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Fakta Mencengangkan di Tengah Masyarakat Simpang Balai

18 November 2018   22:19 Diperbarui: 20 November 2018   10:48 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simpang Balai, adalah kawasan  RT 04  Desa  Simpang Empat Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Dua belas kilometer dari kota Sungai Penuh arah ke kota Jambi, tak jauh  dari bibir Danau Kerinci bagian utara. Cuma 4 kilometer dari Bandara Depati Parbo.

Penduduknya tidak begitu padat. Hanya ada 50 unit rumah, berjejer di kiri kanan jalan raya mengikuti jalur  kurang lebih sepanjang 400 meter.  Dua puluh persennya ditinggal pergi pemiliknya bekerja di Malaysia.

Gedung SMP Negeri 7 Kerinci. Dokumen Pribadi.
Gedung SMP Negeri 7 Kerinci. Dokumen Pribadi.
Kecil, tetapi fasilitasnya lengkap. Ada SMP, SD,  toko, foto copy, rumah makan, salon, depot air minum, tukang las, dan sarana umum lainnya.  

Sebagian orang menilai, masyarakat Simpang Balai terkesan nafsi bi nafsi, alias cuek bebek. Sebab, kampung kecil ini terkenal sebagai sentranya "multietnis" Tanjung Tanah (desa induk sebelum pemekaran). Penduduknya terdiri dari putra daerah asli Tanjung Tanah dan para pendatang dari berbagai suku di Tanah air. Ada juga dari desa atau kecamatan lain dalam kabupaten Kerinci.  

Musala Nurul Haq. Dokumen Pribadi.
Musala Nurul Haq. Dokumen Pribadi.
Tetapi, dalam membangun negeri warganya  kompak. Tiada bedanya apakah dia pribumi atau individu copy-an.  Tak heran, walaupun dihuni oleh sekelompok kecil  penduduk, Simpang Balai punya musala hampir sebesar masjid dan bagus. Semuanya hasil kerja keras warga. Dibantu pula oleh masyarakat Tanjung Tanah dan Simpang Empat yang berdomisili di kampung halaman dan perantauan.  Pribahasa  berat sama dipikul rigan sama dijinjing,  masih berlaku dan tetap terpelihara. 

Jika ada salah satu warganya mengadakan hajatan, asalkan diberi tahu warga lainnya pasti berkontribusi. Semua bahu-membahu melakukan pekerjaan. Tidak peduli apakah dia seorang pegawai kantoran, bidan, dosen, guru dan masyarakat biasa. Demikian juga pemuda dan pemudinya.  Berapapun besarnya perhelatan, pasti  terlaksana dengan tuntas.

Memasak bersama dalam rangka persiapan untuk pernikahan Wiwit Putri Binti Asrul Warga Simpang Balai. Dokumen Pribadi.
Memasak bersama dalam rangka persiapan untuk pernikahan Wiwit Putri Binti Asrul Warga Simpang Balai. Dokumen Pribadi.
Ada 3  hal unik dalam masyarakat Simpang Balai, yang tidak ditemui pada warga RT lain dalam Desa Simpang Empat dan Tanjung Tanah.

Punya Bahasa Tersendiri

Era sembilan puluhan, anak-anak Simpang Balai menggunakan  bahasa Minang dalam berkomunikasi harian. Sekarang, dialeknya campuran bahasa Minang, Melayu Malaysia,  dan Kerinci. Bahasa  Minang asli hampir lebur.

Tak Pernah Menikah Sesama Warga

Empat puluh tahun saya tinggal di Simpang Balai, belum pernah ada perjodohan antar sesamanya. Menurut sejarah, sebelumnya memang pernah  dua kali. Yang tiada  terjadi saling menggaet suami (berselingkuh). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun