Suatu hari saya kena getahnya. Lilinnya baru  sekali kunyah, tiba-tiba rongga mulut saya bagian atas serasa ditusuk ranjau, mendenyut sampai ke pusat syaraf. Dibarengi rasa sakit  sampai ke kepala. Beberapa menit kemudian telinga dan muka saya merah. Sampai di rumah,  wajah sembab, mata menyipit disertai tubuh meriang. Kondisi ini berlangsung selama tiga hari tiga malam.
Rupanya, dalam gumpalan lilin di mulut saya saat itu terdapat sengatan lebah. Yaitu semacam jarum halus  yang masih beracun, meskipun telah terpisah dari raganya. Dalam kondisi hidup, posisinya pada ujung buntut lebah.
Selain lilin, tak kalah lezatnya adalah anak solang. Jika dibahasaIndonesiakan berarti calon anak/telur lebah. Atau yang lebih dikenal dengan Larva (yang masih muda). Tetapi jarang ketemu. Paling nyangkut satu atau dua biji dalam limbah lilin kualitas jelek alias tak layak dikonsumsi. Kami dapat mencicipi jika dikasih tuan rumah setelah menjadi palai (pepes).
Pernah juga ngiler berat. Ketika tiba di rumah Mak Rama, perempuan setengah baya itu sedang memasak wajik. Tentu  kita semua kenal penganan yang bernama wajik. Barangkali di setiap daerah namanya berbeda.
Biasanya kue tersebut terbuat dari beras ketan kukus, ditambah santan bercampur gula yang sudah dipanaskan sampai kental. Mak Rama menggantikan ketan kukusnya dengan larva. Madu sebagai pemanisnya. Judulnya, wajik anak solang.
Puas mengunyah lilin, ditunggu-tunggu tiada tanda-tanda akan dapat jatah. Akhirnya kami pulang dengan air liur meleleh. Sampai saat ini saya belum pernah mengecap bagaimana rasanya wajik anak solang tersebut.
Tiga puluh tujuh tahun terakhir, pohon sarang lebah mulai langka. Seiring berubahnya wajah perhutanan menjadi kebun kelapa sawit. Ikon Inderapura sebagai penghasil lebah madu kualitas terbaik, kini telah redup. Syukur-syukur beralih julukan menjadi negeri produsen sawit. Sayang, sawitnya milik peusahaan besar, bukan punya rakyat jelata.
Sampai artikel ini ditulis, di kampung saya belum ditemui lebah ternak yang hidup berdampingan dengan manusia seperti di Sulawesi, Jawa, Madura, dan daerah lain di Indonesia.Â
Demikian sekilas pengalaman masa kecil saat berdekatan dengan pemilik pohon lebah. Betul kata orang tua-tua, berteman dengan penjual parfum, ketularan wanginya. Bertetangga dengan pemilik lebah, ketularan pula manis madunya. Semoga inspiratif.
 ***                                                        Â
Simpang Empat, 05062018
Penulis,
Hj. Nursini Rais.